Sabtu, 18 April 2015

MAKALAH PASCA FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN MANUSIA DAN PAI (PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah  tahapan  perkembangan (a stage of development).Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969)
Perkembangan juga berkaitan dengan belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu dipelajari. Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut: “perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukkan tingkah laku apa yang menjadi actual dan terwujud. 
Dalam hal perkembangan ini banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya faktor hereditas/genetika, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, teman sebaya (peer group), dan lain sebagainya yang kesemuanya akan penulis uraikan pada bab selanjutnya.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi. Perubahan sesuatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya suatu proses pertumbuhan materiil yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan disamping itu, disebabkan oleh karena perubahan tingkah laku hasil belajar. Maka akan salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai perubahan atau proses psikologis.[1]

B.     Faktor-Faktor  Penentu Perkembangan Manusia dan PAI
1.      Faktor Hereditas (Nativisme dan PAI)
a.      Natifisme
Ø  Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang tuanya

b.      Dalam Pendidikan Agama Islam
Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-cabang untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. Islam sangat memperhatikan faktor al-waritsah (hereditas) ini dalam pembentukan kepribadian seseorang dan mengarahkannya kehal yang positif.seperti Allah melebihksn keturunan Nabi Ibrahim dan keturunan imran diatas bumi ini karena hereditas yang baik cenderung meniru dari generasi ke generasi (QS. Ali Imran [3]: 34).[2]
Hadist tentang hereditas:
Artinya: seleksilah untuk air mani (istri) kamu sekalian. Karena sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya.
Dalam al-Qur’an dijelaskan, “ya tuhanku, jangan engkau biarkan seorang diantara orang-orang kafir itu tinggal diatas bumi. sesungguhnya jika engkau biarkan mereka tinggal, niscaya menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (QS. Nuh [71]:26-27).
Dari berbagai ayat al-Qur’an dan hadis tersebut memberi indikasi kuat bahwa faktor hereditas akan diwarisi/ ditiru oleh keturunannya. Ilmu yang membahas tentang hereditas telah menetapkan, bahwa anak akan mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik moral (al-khalqiyah), kinestetik (al-jismiyah),maupun intelektual (al-aqliyah),sejak masa kelahirannya. Namun harus diakui pula tidak selama faktor hereditas berjalan secara otomatis.
Hereditas pada individu berupa warisan “specific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. “ genes” ini terhimpun di dalam kromosom-kromosom atau “colored bodies”. Kromosom- kromosom baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua anggota masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah genes dan masing-masing genes memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan genes yang demikian menjalin sifat-sifat genes.[3]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembawaan ialah potensi-potensi yang dibawa setiap individu ketika ia lahir merupakan warisan dari orang tuanya.
Unsur-unsur pembawaan yang berupa potensi-potensi fisik danmental psikologis itu dalam proses perkembangannya akan berfungsi sebagai faktor dasar atau faktor bahan yang akan mempengaruhi proses perkembangan. Dalam setiap proses perkembangan itu diperlukan bahan dasar sebab tanpa bahan dasar itu maka pertumbuhan fisik atau perkembangan mental anak tidak akan terjadi. Tentunya makin baik potensi kondisi pembawaan sebagai faktor dasar  maka dapat diharapkan akan baik pula perkembangan yang akan terjadi, dan sebaliknya.
Masing-masing individu lahir ke dunia dengan satu heriditas tertentu. Ini berarti karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan atau pemindahan cairan-cairan  “germina  “ dari  pihak orang tuanya. Disamping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya, baik lingkuntgan  pisis, psikologis, maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari dari para heriditas dan lingkungan.

2.      Faktor Lingkungan (Empirisme dan PAI)
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa.

a.      Empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang buruk.
Aliran teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai peranan.

b.      Dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolahtempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan fauna.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembanganya bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.[4]Nilai-nilai mental dan spiritual memainkan sebuah peran efektif yang berharga dalam lingkungan sosial melalui pendidikan.
1)      Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu utama terhadap perkembangan anak.Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah :
a.       Keluarga merupakan kelompok social pertama yang menjadi pusat indentifikasi anak.
b.      Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai – nilai kehiduupan kepada anak.
c.       Orang tua dan anggota keluarga lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan kepribadiaan anak.
d.      Keluarga  sebagai  institusi  yang memfasilitas  kebutuhan  dasar  insane ( manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis.
e.       Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

Orang tua mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh-kembangnya anak sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia. Seiring dengan fase perkembangan anak, maka peran orang tua juga mengalami perubahan. Menurut Hamner dan Tuner peranan orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah:
a.       Pada masa bayi berperan sebagai perawat (caregiver)
b.      Pada masa kanak – kanak sebagai pelindung (protector)
c.       Pada usia prasekolah sebagai pengasuh (nurturer)
d.      Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
e.       Pada masa praremaja dan remaja berperan sebagai konselor(counselor)

Selanjutnya faktor Makan-Makanan termasuk Asi juga mempengaruhi perkembangan anak, karna Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan materiil jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani yang bisa di dapat dari makan-makanan termasuk Asi.
Pola Asuh Orang Tuaterhadap anak juga sangat mempengaruhi perkembangan anak, oleh karenanya orang tua harus memberikan pola asuh terbaik terhadap anak sejak dini .
2)      Kelompok Teman Sebaya (peergroup)
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan social bagi anak mempunyai peranan cukup penting bagi perkembangan dirinya. Melalui kelompok teman sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi social (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar menyatakan pendapat  perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
Pengaruh teman sebaya terhadap anak bisa positif atau negatif. Berpengaruh positif, apabila para anggota kelompok itu memiliki sikap dan perilakunya positif, atau berakhlak mulia. Sementara yang negative, apabila para anggota kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang memiliki tatakrama dan berakhlak buruk.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku remaja, khususnya dalam kelompok teman sebaya, maka perlu diperhatikan hal sebagai beberapa hal berikut:
a.       Orang tua perlu menjalin hubungan yang harmonis antara mereka sendiri (suami-istri) dan mereka  dengan anak. Hal ini perlu, karena pada umumnya perilaku menyimpang anak disebabkan oleh keluarga yang tidak harmonis (broken home).
b.      Orang tua perlu mencurahkan kasih saying dan perhatian kepada anak. Dengan kasih sayang ini anak merasa betah dirumah, sehingga dia dapat mengurangi perhatiannya untuk bermain keluar.
c.       Orang tua berdiskusi dengan anak tentang cara memilih atau bergaul dengan teman.
d.      Orang tua harus menjadi suri tauladan dan menanamkan nilai – nilai akhlak mulia kepada anak, seperti persaudaraan, tolong menolong, dan semangat dalam belajar.
e.       Sekolah sebagai lingkungan keluarga setelah rumah, perlu diciptakan sebagai lingkungan belajar yang mengfasilitasi perkembangan siswa, baik aspek fisik, intelektual, emosi, social, maupun moral spiritual.

3)      Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, social, maupun fisik-motoriknya.
Hurlock (1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadiananak, baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga dan guru berperan sebagai subtitusi orang tua.

3.      Faktor Gabungan (Konvergensi dan PAI)
yaitu teori yang menjembatani atau menengahi kedua teori/paham sebelumnya bersifat ekstrem yaitu teori nativisme dan teori empirisme. Sesuai dengan namanya konvergensi yang artinya perpaduan, maka teori ini tidak memihak bahkan memadukan  pengaruh kedua unsur  pembawaan dan lingkungan tersebut dalam proses perkembangan. Pada teori ini baik unsur pembawaan maupun unsur linkungan keduanya merupakan sama-sama faktor yang dominan pengaruhnya bagi peerkembangan seseorang. Misalnya seseorang yang berbakat musik tidak akan berkembang menjadi seorang ahli musik apabila tidak ditunjang oleh lingkungan atau pendidikan yang memadai.
Teori yang ketiga inilah yang  sampai sekarang masih teruji dan dipertahankan kebenaran pendapatnya. Teori menggambarkan bagaimana hubungan yang berimbang antara faktor warisan orang tua dengan lingkungan dalam mempengaruhi perkembagan seseorang. Ada suatu keselarasan antara bakat dan pendidikan. Sehebat apapun bakat seseorang tanpa adanya latihan tidak akan berkembang, begitupun sebaliknya.
Islam telah mengenal aspek paling signifikan untuk memunculkan reaksi-reaksi individu dalam mendapatkan berbagai kebiasaan dan moralitas. Aspek ini adalah persahabatan yang merupakan unsur pendidikan paling kuat yang mentransfer sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungan individu. Menurut para pakar sosiologi mengatakan, “kehidupan sosial ialah kehidupan kehidupan pengaruh dan persepsi. Setiap individu mempengaruhi serta dipengaruhi lingkungan sekitar.[5]
Alqur’an dan alhadits memperhatikan faktor lingkungan ini dalam pembentukan jatidiri manusia. Menurut Azim tidak diragukan lagi bahwa faktor hereditas dan lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan jatidiri manusia, akan tetapi dengan kehendak yang kuat dan kemauan yang keras serta iman yang dalam, manusia
























BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian – uraian di atas, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, bahwa Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materiil, melainkan pada segi fungsional. Jadi, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi
Faktor-Faktor penentu perkembangan manusia dan PAI diantaranya adalah: faktor Hereditas (Nativisme), faktor lingkungan (Empirisme), dan faktor gabungan keduanya (Konvergensi).






















DAFTAR PUSTAKA
Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna. Yogyakarta: Nuha Litera. 2010
 -----------, Pemikiran Pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani.Yogyakarta:Datamedia.2007
Mustaqim, Wahid Abdul, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan. Malang: Bina Aksara. 1984
Nur aini. 2010. Hereditas dan Lingkungan.  http:// hereditas-dan-lingkungan.html, diunduh Kamis, 20 November 2014, Pukul: 14:20 WIB

























[1]Ahmad Mudzakkir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK,hal. 72.
[2] Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010) hlm. 78
[3]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Malang: Bina Aksara, 1984)hlm. 80-81
[4]Nur aini. 2010. Hereditas dan Lingkungan.  http:// hereditas-dan-lingkungan.html, diunduh Kamis, 20 November 2014, Pukul: 14:20 WIB.
[5]Maragustam, Pemikiran Pendidikan Syekh Nawawi Al-Bantani (Yogyakarta: Datamedia, 2007) hlm. 65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar