MAKALAH PASCA PAI STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
Strategi pembelajaran yang efektif
adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang
dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu
serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka.
Mengajar (teaching) dapat
membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir,
sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.[1]
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam
pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan
pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan
pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan
atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu
sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan
pada “äpa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi
pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang
ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Proses pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan
yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam
proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara
guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak
akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru
dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan
kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif
setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah
sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, proses belajar
terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, selain
itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapat dibimbing
oleh Guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam
ingatan dan pemikiran mereka (Kognitif) dengan menggunakan teori dan metode
pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran
tidak akan berjalan dengan efektif dan optimal.
Guru memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dan
atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan tugas ini, guru hendaknya
selalu memikirkan tentang bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran tersebut, diantaranya dengan membuat perencanaan
pembelajaran dengan seksama dan menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang
tepat.
Upaya ini tentu menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar,
strategi pembelajaran, sikap dan karakter guru dalam mengelola proses
pembelajaran dengan bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara meningkatkan kemampuan siswa
untuk menyimak pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berupaya menarik
minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, membangkitkan motivasi belajar,
pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam
pembelajaran.
Makalah ini membahas bagaimana
menerapkan (strategi) pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat
sebenarnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang
menghasilkan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengerian dan Hakikat Strategi Pembelajaran Efektif
1.
Pengertian Strategi pembelajaran Efektif
Di
bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran :[2]
-
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
-
Kozma
(dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
-
Gerlach
dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran
dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik.
-
Dick
dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan
kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi
pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar
saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran
yang akan disampaikan kepada peserta didik.
-
Cropper
di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya
harus dapat dipraktikkan.
Ada
dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian di atas.
-
Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran.
-
Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
2.
Hakikat
Pembelajaran Efektif
Sebelum menelusuri apa sebenarnya hakikat (strategi) pembelajaran
efektif, akan diuraikan terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan
belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan
dengan hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Pengertian belajar dan pembelajaran
Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagai suatu pola
baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau suatu pengertian.[3]
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu usaha, suatu proses perubahan yang
terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi
dengan lingkungannya.[4]
Belajar dalam pengertian yang lain yaitu suatu upaya untuk menguasai sesuatu
yang baru. Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk menguasai, Hal
ini bermakna menguasai sesuatu dalam belajar, kedua; sesuatu yang baru dalam
arti hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar.[5]
Dalam defenisi lain dijelaskan bahwa Belajar merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari[6].
Belajar juga kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan
proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Soemanto[7]
mengemukakan definisi belajar menurut para ahli bahwa belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman. ”Learning may be defined as the process by
which behavior originates or is altered through training or experience.”
Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau
kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak
termasuk sebagai belajar.
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi di atas,
dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul ”Educational
Psychology” sebagai berikut: ”Learning is shown by change in behavior as
a result of experience.”[8]
Maksudnya bahwa dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung
dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Belajar dalam arti
mengubah tingkah laku, akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis,
kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran[9].
Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi
sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas
maupun kualitasnya.
2.
Pengertian Efektif
Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat
tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan
pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang dikerjakan, tetapi lebih menekankan pada
internalisasi, tentang apa yang dikerjakan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh siswa.[10]
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan
seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang ia dapatkan dari
pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu.
3.
Hakikat Pembelajaran Efektif
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat
pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,
ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.[11]
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap
demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk
mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan
kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di
dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu
dilakukan sebuah cara agar proses pembelajaran yang diinginkan tercapai yaitu
dengan cara belajar efektif. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu
adanya bimbingan dari guru.[12]
Muara dari berfungsinya manajemen pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dari
posisi murid tercipta belajar efektif. Menurut Joyce and Weil , ”Guru yang
berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam pembicaraan
dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk
informasi, gagasan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan menggunakan sumber daya
belajar secara efektif”[13].
Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas
pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai
penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat
berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan
efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting
adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif.
Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan
sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan
mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan
ditinggalkan.
Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mengharuskan guru
untuk mengubah cara pandang terhadap pembelajaran. Dalam persiapan mengajar,
guru lebih memikirkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi siswa.
Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengembangkan pengetahuannya. Guru
mengolah kurikulum yang tepat sehingga dengan pemahaman konsep yang benar yang
dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya
serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman terhadap konsep
baru. Pendayagunaan teknologi pendidikan telah memasyarakat, maka pertumbuhan
industri pendukung pendidikan juga semakin berkembang. Bukan hanya terpusat
pada teknologi informasi, melainkan terbuka peluang bagi industri lokal untuk
memproduksi alat-alat peraga dan simulasi. Semakin tinggi dan banyak teknologi
didayagunakan dalam dunia pendidikan, maka semakin terbuka lebar peluang kerja
kreatif masyarakat terdidik.
Pembelajaran akan berjalan efektif jika pengalaman, bahan-bahan,
dan hasil-hasil yang diharapkan sesuai denagn tingkat kematangan peserta didik
serta latar belakang mereka. Proses belajar akan berjalan baik jika peserta
didik bias melihat hasil yang fositif untuk dirinya dan memperoleh
kemajuan-kemajuan jika ia menguasai dan menyelesaikan proses belajarnya.[14]
Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pengertian
prestasi dan belajar tersebut maka dapat diambil kesimpulan prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan.
Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu :
Aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan
pengetahuan dan perkembangan eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut.
Aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental,
perasaan dan kesadaran.
Aspek psikomotor meliputi perubahan-perubahan dalam segi
bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi belajar siswa
yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar disekolah dapat dilihat dan
diketahui dari nilai hasil ujian semester, yang kemudian dituangkan dalam
daftar nilai raport.
Nilai tersebut merupakan nilai yang dapat dijadikan acuan berhasil
tidaknya siswa belajar serta dijadikan acuan berhasil tidaknya proses belajar
mengajar di kelas. Penilaian prestasi siswa yang dicantumkan dalam rapot, bisa
berbentuk anka jiga berbentuk huruf. Prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang telah dipelajarinya,
akan tetapi juga keberhasilan sebagai indikator kualitas institusi pendidikan
di tempat dia belajar. Para guru diharapkan dan harus mampu menciptakan
pembelajaran dengan efektif, menyenangkan, tercipta suasana dan iklim
pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang bagus,
sehingga keberhasilan belajar dan prestasi dapat dicapai dengan baik sesuai
tujuan pembelajaran.[15]
B.
Karakteristik Belajar yang Efektif
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana
memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting
untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat
diketahui dengan ciri[16]:
Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir
kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta
dan lain-lain.
Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan
kelas menjadi hidup.
Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi
motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan
yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
Pelajaran di
sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
Interaksi
belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri,
sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih
percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
Pemberian
remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor
penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu Ciri
pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
ü Berpusat
pada siswa
ü Interaksi
eduktaif, Guru-Siswa
ü Suasana
demokratis
ü Metode
yang bervariasi
ü Bahan
belajar bermanfaat
ü Lingkungan
kondusif
ü Suasana
belajar menunjang
Selain
mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga bagaimana
Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian dan
keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Adapun karakteristknya yaitu:
1.
Memiliki minat terhadap mata pelajaran
2.
Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa
3.
Menumbuhkan semangat belajar
4.
Memiliki imajinasi dalam menjelaskan
5.
Menguasai metode/strategi pembelajaran
6.
Memiliki sikap terbuka terhadap siswa
C.
Kondisi Efektif
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang
strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses
pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru
memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada
pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya,
dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi
manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik
yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang
baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang
dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan
tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau
lengkap.[17]Keberhasilan
dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata tergantung guru, tetapi
melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa, tersedianya fasilitas
belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan beberapa faktor lainnya,
kendati memang keberadaan guru merupakan faktor penentu dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang
efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:
1.
Melibatkan Siswa secara aktif
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau
belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal,
antara lain :
a.
Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen
dsb.
b.
Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab, dsb.
c.
Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pengarahan guru dsb.
d.
Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
e.
Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya
tulis dsb.
Setiap jenis
aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan
mana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang jelas, aktivitas
kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa,
atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan
keterlibatan siswa:
1.
Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
2.
Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
3.
Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu
guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
2.
Menarik minat dan perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam
pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa.
Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa
merupakan pembelajaran yang diminati.[18]
3.
Membangkitkan motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana
membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar[19].
Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
ü Guru
berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya;
ü Pada
awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga
siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut.
ü Guru
berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
ü Guru
hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan
usahanya sendiri;
ü Guru
selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
ü Sering-seringlah
memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
4.
Memberikan pelayanan individu Siswa
Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah
kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru sering
kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat menyerap
pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima pelajaran
berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya keterampilan guru di dalam
memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam
berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan
individu siswa.[20]
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan
kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada
sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau
pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui
les-les privat dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus
memberikan pelayanan yang bersifat individual. Dalam sistem pembelajaran
tuntas, pelayanan individu merupakan kegiatan yang mesti dilakukan. Setiap sub
materi pelajaran yang disajikan harus dapat dimengerti oleh semua siswa, tanpa
terkecuali. Oleh karena itu dalam pembelajaran tuntas, materi pelajaran tidak
boleh diteruskan sebelum materi yang sedang diajarkan dapat diserap oleh
seluruh siswa.
5.
Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran.
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru
ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab,
pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan membosankan.
Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila siswa merasa senang dan
gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya.
Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung
atau pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan
memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu
menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan menggunakan
media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai
berikut :
ü Alat
peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap
materi pelajaran yang diasjikan.
ü Alat
peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa
serta perbedaan individual dalam kelompok.
ü Alat
yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
D.
Strategi
Pembelajaran Efektif
Cara
belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang
diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai[21]. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif diperlukan strategi
yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan seefektif
mungkin. Dalam melaksanakan strategi tersebut, diperlukan beberapa hal yaitu:
1.
Prinsip-prinsip
belajar
Prinsip
belajar merupakan cara untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Dengan adanya
prinsip belajar ini, akan terjadi sebuah perubahan bagi peserta didik yang
signifikan diantaranya:
a.
Perubahan
yang disadari
b.
Perubahan
yang berkesinambungan
c.
Perubahan
fungsional
d.
Perubahan
bersifat positif aktif
e.
Perubahan
secara permanen
f.
Perubuhan
yang terarah
2.
Esensi
Belajar
a.
Perubahan
seluruh aspek pribadi
b.
Proses
yang disengaja dan disadari
c.
Terjadi
karena ada dorongan/kebutuhan yang ingin dicapai
d.
Bentuk
pengalaman yang sistematis, dan terarah
3.
Rangkaian
aktivitas belajar
a.
Adanya
kebutuhan dan tujuan : merasakan adanya kekurangan
b.
Kesiapan
untuk memenuhi kebutuhan
c.
Pemahaman
situasi : melihat aspek yang terkait dengan belajar
d.
Menafsirkan
situasi : hubungan berbagai aspek
e.
Respons
: aktivitas belajar
4.
Hasil
Pembelajaran
a.
Informasi
verbal
b.
Kecakapan
intelektual : diskriminasi, konsep konkret, aturan
c.
Strategi
kognitif
d.
Sikap
e.
Kecakapan
motorik
5.
Kualitas
Belajar
a.
Belajar
untuk menjadi diri sendiri
b.
Belajar
untuk belajar
c.
Belajar
untuk berbuat
d.
Belajar
untuk hidup bersama secara damai
E.
Prinsip-Prinsip Umum dan Khusus dalam Strategi Pembelajaran Efektif
Agar
pembelajaran menjadi efektif Guru perlu memahami prinsip-prinsip umum dan
prinsip-prinsip khusus dalam penggunaan strategi pembelajaran yaitu sebagai
berikut:[22]
PRINSIP
UMUM
|
PRINSIP
KHUSUS
|
·
Berorientasi
pada Tujuan. Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya
diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keberhasilan suatu
strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran.
·
Aktivitas.
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
·
Individualitas.
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun
kita mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin
kita capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
·
Integritas.
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta
didik. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga meliputi aspek afektif, dan psikomotorik secara terintegrasi..
|
·
Interaktif. Prinsip
interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke peserta didik; tetapi mengajar dianggap sebagai
proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik akan
berkembang, baik mental maupun intelektualnya.
·
Inspiratif. Proses
pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik
untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru mesti membuka
berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta
didik berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab
pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap
peserta didik.
·
Menyenangkan.
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi
peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala
mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu
diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (joyfull
learning
·
Menantang. Proses
pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau
bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat
merangsang peserta didik untuk berpikir (learning
how to learn) dan melakukan (learning
how to do).
·
Motivasi. Motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa
adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh
karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru
dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik manakala mereka
merasa membutuhkan (need).
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses pembelajaran merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang
efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil
yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif
mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang
efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka
guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut
secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif
dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti
lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang
memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan
usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang
kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri . Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi
Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002)
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Mulyasa, E., Menjadi kepala sekolah
profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2003)
Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan
Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung,
1989)
Prayitno, Dasar teori dan praksis
Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009)
Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan
remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996)
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan
Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan
(Jakarta: Prenada Media, 2004)
Santrock, John W., educational Psychology,
Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group,
2008
Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor
Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995)
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan :
Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta,
1998
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11
Suherman, Strategi Belajar Efektif
(Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF)
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/02/hakikat-pembelajaran-efektif.html
[4] Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima,
2007) cet.11, h. 329
[6] Syaiful
Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), h. 21
[7] Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidika : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1998), h. 104
[10] E.
Mulyasa, Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan
KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h. 149
[12] Slameto,
Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta,
1995), h. 75-76
[14] Dede
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 100
[15] Hadari
Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan
(Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 117.
[19] John
W. Santrock, educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 9
[21] Suherman,
Strategi Belajar Efektif (Universitas Pendidikan Indonesia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF), diunduh pada
tanggal 2 januari 2012
[22]
http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/konsep-dasar-strategi-pembelajaran-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar