Senin, 20 April 2015

MAKALAH TEKHNOLOGI PENDIDIKAN - TANTANGAN DI ERA DIGITAL PEMANFAATAN ICT TERHADAP PENDIDIKAN

MAKALAH TEKHNOLOGI PENDIDIKAN - TANTANGAN DI ERA DIGITAL PEMANFAATAN  ICT TERHADAP PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografi, manajemen pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas, anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi  pendidikan, yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses pendidikan.
Perkembangan TIK atau multimedia di Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga sepertI Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat beberapa masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional pendidikan untuk memanfaatkan TIK di berbagai jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Permasalahan tersebut terutama berkaitan dengan kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat urgen dan mutlak dilakukan secara terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan.
Dalam makalah ini khususnya akan dibahas mengenai tantangan di era digital pemanfaatan ICT terhadap pendidikan. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    ICT (Information and Communications Technology) 
ICT (Information and Communications Technology) atau dalam bahasa Indonesia yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah salah satu bidang kajian yang beberapa tahun kebelakang mulai bekembang di Negara kita dan telah banyak di implementasikan dalam berbagai bidang. Teknologi Informasi sama dengan teknoogi lainnya, dalam teknologi informasi, informasi merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi tersebut.
Penemuan macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah cara hidup, norma-norma, cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat teknologi juga mempengaruhi pembelajaran, antara lain metode penyampian dan cara penilaian.[1]
ICT merupakan sumber daya informasi yang menjangkau untuk dunia pendidikan. Sumber daya informasi yang diperoleh dari ICT ialah dapat mengetahui informasi tentang media pembelajaran dari sekolah lain.

B.     Konsep ICT (Information and Communications Technology) 
Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating  information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and  video conferencing”.
Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:[2]
-          piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
-          mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
-          perangkat proyektor / LCD
-          LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
-          Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
-          mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur.
UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :[3]
1)      Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2)      Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3)      Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4)      Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”.
PTJJ merupakan alternatif model dalam  proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.

C.    Tantangan di Era Digital Pemanfaatan ICT Terhadap Pendidikan
Teknologi merupakan keseluruhan sistem untuk mengelola hasil hingga melahirkan nilai tambah.[4] Berkenaan dengan hal tersebut, dalam bidang pendidikan Internet telah memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran meskipun di dunia pendidikan terdapat beberapa tantangan yaitu sebagai berikut:[5]
1.      Proses pendidikan itu memerlukan waktu tenggang (lead time) yang cukup lama. Setidaknya seseorang dituntut untuk mengikuti pendidikan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.      Dalam pendidikan itu berlaku prinsip “irreversibilitas”.
3.      Tantangan yang kita hadapi masa depan cenderung berkembang semakin kompleks, yang ditandai dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari arus globalisasi yang semakin terbuka.
Pemanfaatan ICT sebagai media belajar dan mengajar diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimasi pembeajaran, namun perlu disadari bahwa apapun media yang digunakan prinsip pembelajaran tetap dipegang teguh. Pada saat berbicar mengenai “e-Learning” atau pendayagunaan media elektronik untuk efektifitas, efisiensi dan kemenarikan pembelajaran hanya berfokus pada kata “e” dan melupakan “learning”-nya itu sendiri. Banyak tidak sesuai dengan kebutuhan. Atau banyak media elektronik yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran tapi belum dioptimalkan. Manfaat ICT dan Penerapan ICT Dalam Dunia Pendidikan.
Hasil penelitian Kurniawati et,al (2005) menunjukan bahwa pada umumnya pendapat guru dan siswa tentang manfaat ICT khususnya edukasi net antara lain :[6]
-          Memudahkan guru dan siswa dalam mencari sumber belajar alternatif,
-          Bagi siswa dapat memperjelas materi yang telah disampaikan oleh guru, karena disamping disertai gambar juga ada animasi menarik,
-          Dapat berlatih soal dengan memanfaatkan uji kompetensi,
-          Cara belajar lebih efisien,
-          Wawasan bertambah,
-          Meringankan dalam membuat contoh soal,
-          Mengetahui dan mengikuti perkembangan materi dan info-info lain yang berhubungan dengan bidang studi.
-          Membantu siswa dalam mempelajari materi secara individu selain disekolah,
-          Membantu siswa mengerti ICT.

a.      Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).
2)      Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
3)      Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
4)      Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))
5)      Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah (Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan tingkat partisipasi  12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.
6)      BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
7)      Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara  yang ada hanya sebesar 113.622 orang  atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.  (PMPTK 2006).
8)      Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari  2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang (27%)  memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat sertifikasi.
9)      Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).
10)  Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal.

b.      E-Learning: Sebuah Tantangan di Era Digital[7]
Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model  e-learning  disebut juga Pull Model of Learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran.[8]
Era globalisasi telah menyebabkan perubahan hampir di semua bidang yang “memaksa” kita beralih dari era manual menuju  era digital. Jarak yang jauh sudah menjadi kendala kuno yang sudah jarang diungkapkan. Keterbukaan arus informasi mengalir deras menghantam dengan begitu cepatnya. Hanya hitungan detik  suatu peristiwa di berbagai belahan dunia dapat segera diakses melalui media komunikasi dan informasi seperti internet. Sehingga, muncul ungkapan “kita menjadi bagian dari teknologi atau menjadi korban dari teknologi?
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan mendapatkan informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju. Informasi sudah merupakan “komoditas’ layaknya barang ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat sekarang menuju era masyarakat informasi atau masyarakat ilmu pengetahuan.Itulah adanya, sebuah realitas yang harus dihadapi dengan cerdas.
Hal yang sangat mengejutkan terhadap data pengakses internet di Indonesia. Berdasarkan data Internet World Stats, Indonesia menduduki peringkat 4 pengguna internet  di Asia  dengan jumlah 39,6 juta pengguna. Sebuah kondisi faktual Indonesia mulai “melek” teknologi.
Salah satu bidang yang tak terelakkan dari perkembangan teknologi yaitu pendidikan. Perlahan namun pasti pendidikan telah beralih menuju era digital terutama penggunaan teknologi pendidikan berbasis Informationand communication  Technology  (ICT). Penggunaan ICT  khususnya internet dalam pendidikan  dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa, antara lain: dalam pencarian informasi atau bahan pelajaran, mendekatkan jarak ruang dan waktu dalam interaksi guru-murid, efisiensi pembelajaran serta penyimpanan berbagai data dan informasi yang diperlukan.

1)      Pemanfaatan e-Learning
Pemanfaatan e-Learning adalah salah satu implementasi penggunaan ICT dalam pendidikan. Para pakar telah mendefinisikan e-Learning dengan pengertian yang luas dan beragam yaitu sebagai pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang menjadikan komputer serta jaringan/internet sebagai media. Sebagaimana Singh, et al. (2003:1) mendefinisikan e-Learning sebagai  sebuah istilah yang meliputi berbagai macam alat dan proses, seperti pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan kolaborasi digital. e-Learning mencakup juga penyampaian konten melalui Internet, intranet/extranet(LAN/WAN), audio dan video, penyiaran satelit, TV interaktif, CD-ROM dan lainnya. Namun, istilah e-Learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi Internet. Tujuannya yaitu untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan pembelajaran.
Melalui teknologi ini, belajar dapat diarahkan pada kondisi yang fleksibel yaitu terkait pola komunikasi one way communication (komunikasi satu arah) dan two way communications (komunikasi dua arah). Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Pada kondisi dimana guru dan siswa dapat bertatap muka ataupun tidak maupun pada waktu bersamaan ataupun pada waktu yang berbeda tapi berada dalam satu kelas yang sama (kelas virtual), fasilitas e-lectures  dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Karena  Isi (content) pembelajaran (bahan ajar dan bahan uji) yang telah di-upload pada sistem e-Learning dapat diakses oleh siswa. Selain itu memungkinkan interaktifitas antara guru dan siswa melalui fasilitas discussion forum (forum diskusi) dan chat (obrolan online). Kondisi seperti ini dikenal dengan istilah Asynchronous e-Learning yaitu guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Lain halnya dengan Synchrounous e-Learning, yaitu guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Untuk pola e-Learning seperti ini membutuhkan perangkat teleconference dan bandwitch besar. Nah, untuk pengadaannya membutuhkan biaya besar. Penggunaan e-Learning seperti ini biasa terjadi di universitas. Misalnya mahasiswa  Universitas di Indoensia mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Universitas luar negeri.

2)      Learning Management System (LMS)
Pemanfaatan e-Learning secara Asynchronous seperti yang telah dijelaskan di atas, membutuhkan sebuah sistem (aplikasi) yang disebut Learning Management System (LMS). Dapat dipahami bahwa, LMS merupakan aplikasi yang menjadikan proses pembelajaran memenuhi konsep pemanfaatan e-Learning.
Sebagai sebuah aplikasi untuk e-Learning, LMS berfungsi mengotomasi dan memvirtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik. Fungsinya mirip dengan fungsi administrasi dalam sebuah sekolah. Dengan LMS kita dapat mengatur pengguna mana yang berhak untuk mengikuti sebuah kelas, materi belajar apa saja yang terdapat dalam sebuah kelas, kapan masa berlaku kelas, berapa nilai kelulusannya dan sebagainya.
Aplikasi LMS ada yang bersifat open source dan sangat banyak digunakan di dunia saat ini adalah Moodle. Moodle merupakan singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment, sebuah program aplikasi free (gratis) di bawah ketentuan GNU (General Public License). Saat ini Moodle sudah digunakan pada lebih dari 150.000 institusi di lebih dari 160 negara di dunia. Aplikasi ini dikembangkan pertama kali oleh Martin Dougiamas pada tahun 2002.
Melalui Moodle fungsi pembelajaran virtual dapat diwujudkan, yaitu dengan memasukkan berbagai bentuk materi pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam bentuk aplikasi pengolah kata Microsoft Word, materi presentasi yang berasal dari Microsoft Power Point, Animasi Flash dan bahkan materi dalam format audio dan video dapat masukkan sebagai materi pembelajaran pada Moodle.

3)      Implementasi LMS di Sekolah
Selama ini mungkin e-Learning tidak asing pemanfaatannya pada perguruan tinggi. Namun, saat ini e-Learning sudah merambah dunia sekolah. Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud sejak 2010 telah melakukan penataan pengembangan e-Learning di tingkat satuan SMA.
Sekolah yang menjadi target pengembangan e-Learning disebut SMA Pusat Sumber Belajar (PSB) yaitu sebanyak 132 sekolah di seluruh Indonesia. Implementasi aplikasi LMS tentunya membutuhkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Hal ini menjadi tantangan yang harus atasi melalui penigkatan ketersediaan sarana serta peningkatan kapasitas SDM. Sebuah optimisme yang harus dikemukakan mengingat implementasi LMS sangat bermanfaat bagi terciptanya inovasi pembelajaran yang berbanding lurus terhadap peningkatan kualitas pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Ø  ICT (Information and Communications Technology) atau dalam bahasa Indonesia yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah salah satu bidang kajian yang beberapa tahun kebelakang mulai bekembang di Negara kita dan telah banyak di implementasikan dalam berbagai bidang.
Ø  Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:
-          piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
-          mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
-          perangkat proyektor / LCD
-          LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
-          Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
-          mesin komputer dan robot
Ø  UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu : Tahap emerging; Tahap applying; Tahap infusing; dan Tahap Transforming.
Ø  Beberapa tantangan di bidang pendidikan Internet yaitu sebagai berikut:
1.      Proses pendidikan itu memerlukan waktu tenggang (lead time) yang cukup lama. Setidaknya seseorang dituntut untuk mengikuti pendidikan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.      Dalam pendidikan itu berlaku prinsip “irreversibilitas”.
3.      Tantangan yang kita hadapi masa depan cenderung berkembang semakin kompleks, yang ditandai dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari arus globalisasi yang semakin terbuka.
Ø  Tantangan Pendidikan Nasional baik dari sisi input, proses maupun output yang juga mempengaruhi dalam proses pemanfaatan ICT. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
2.      Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK/ICT di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal.
Ø  Pemanfaatan e-Learning adalah salah satu implementasi penggunaan ICT dalam pendidikan. Implementasi aplikasi LMS tentunya membutuhkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Hal ini menjadi tantangan yang harus atasi melalui penigkatan ketersediaan sarana serta peningkatan kapasitas SDM.


B.     Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis ICT sebagai berikut:
1.      Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi/ICT dalam pendidikan baik di sekolah atau perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis ICT hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi.
2.      Perencanaan dalam pemanfaatan ICT dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
3.      Penyelenggaraan pendidikan berbasis ICT melalui  pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
4.      Standarisasi mutu penyelenggaran pendidikan berbasis ICT perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi konten untuk menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis ICT.

DAFTAR PUSTAKA
Hadimiarsa, Yusuf . 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Nasution. 1994. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Saefudin Sa’ud, Udin. 2008.  Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Internet:
Alfina Damayanti. 2013. Pemanfaatan ICT. Diakses melalui:  http://alfinadamayanti.blog.upi.edu/2013/10/31/6/. Pada tanggal 16:01 WIB.
Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A.2010. Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan. diakses melalui : http://teknologikinerja.wordpress.com/2010/03/11/pemanfaatan-ict-dalam-pendidikan/. pada tanggal 14 Desember 2014 Pukul: 16.00 WIB.
Iwan Doumy. 2012. E-Learning Sebuah Tantangan di Era Digital. Diakses melalui: http://doumy.web.id/2012/09/e-learning-sebuah-tantangan-di-era-digital/. Pada tanggal 14 Desember 2014 Pukul: 16:04 WIB.


[1] Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 113.
[2] Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A.2010. Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan. diakses melalui : http://teknologikinerja.wordpress.com/2010/03/11/pemanfaatan-ict-dalam-pendidikan/. pada tanggal 14 Desember 2014 Pukul: 16.00 WIB.
[3] Ibid,.
[4] Yusuf Hadimiarsa, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), 4
[5] Alfina Damayanti. 2013. Pemanfaatan ICT. Diakses melalui:  http://alfinadamayanti.blog.upi.edu/2013/10/31/6/. Pada tanggal 16:01 WIB.
[6] Ibid.
[7] Iwan Doumy. 2012. E-Learning Sebuah Tantangan di Era Digital. Diakses melalui: http://doumy.web.id/2012/09/e-learning-sebuah-tantangan-di-era-digital/. Pada tanggal 14 Desember 2014 Pukul: 16:04 WIB.
[8] Saefudin Sa’ud, Udin, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008.hal: 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar