BAB I
PENDAHULUAN
Secara sederhana sosiologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat
lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berhubungan. Dengan ilmu ini suatu fenomena dapat
dianalisa dengan menghadirkan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan
tersebut, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu
pendekatan dalam memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena
banyaknya bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan
lengkap apabila menggunakan jasa dan bantuan sosiologi. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut
sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami
maksudnya. Disinilah letaknya sosiologi sebagai
salah satu alat dalam memahami ajaran agama.[1]
Beranjak dari hal di atas maka dalam makalah ini akan
membahas tentang pengertian sosiologi, subdisiplin sosiologi, pendekatan
sosiologi, agama sebagai fenomena sosiologi, pendekatan sosiologi dalam tradisi
intelektual Islam (Ibnu Khaldun), penulis dan karya utama dalam studi Islam
dengan pendekatan sosiologis, masalah dan prospek pendekatan sosiologis, serta
signifikansi dan kontribusi pendekatan sosiologis dalam studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi.
Secara
etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara
tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.[2]
Secara terminologi, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial.[3] Adapun objek
sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan
proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya
adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidupnya.
Sosiologi adalah kajian ilmiah
tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha mencari tahu tentang hakekat dan
sebab-sebab dari berbagai pola pikir dan tindakan manusia yang teratur dapat
berulang. Berbeda dengan psikologi yang memusatkan perhatiannya pada
karakteristik pikiran dan tindakan orang perorangan, sosiologi hanya tertarik
kepada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu
kelompok atau masyarakat.[4] Namun perlu diingat, sosiologi adalah
disiplin ilmu yang luas dan mencakup banyak hal, dan ada banyak jenis sosiologi
yang mempelajari sesuatu yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.[5]
B. Sub-Disiplin Sosiologi
Beberapa sub-disiplin dalam sosiologi
yaitu: krimonologi, sosiologi sejarah, geografi manusia, sosiologi industri,
sosiologi politik, sosiologi pedesaan, sosiologi kota, dan sosiologi agama.[6] Untuk
lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
Kriminologi adalah suatu kajian mengenai perkembangan
aktivitas kejahatan dalam hubungannya dengan fungsi struktur institusi, dan
metode mengendalikan penjahat dalam penangkapan, interogasi dan perawatan yang
berikutnya.
Sosiologi sejarah adalah suatu cabang sosiologi yang menggunakan
data sejarah sebagai dasar untuk membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk hidup kejadian-kejadian yang telah
terjadi dalam sejarah, bukannya menentukan tertib tarikh peristiwa sejarah yang
seragam seperti yang dapat disimpulkan dari peristiwa sejarah yang lalu.
Geografi manusia (kadang-kadang dinamakan antropo-geografi) ialah suatu ilmu mengenai hubungan timbal balik
manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai dua prinsip pendekatan:
Pertama, pengaruh alam lingkungan seperti iklim, kedudukan
tanah dan air yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia, suatu pengaruh yang
biasanya dianggap sebagai bukan penentu, tetapi sebagai suatu pembatasan
terhadap batas-batas yang luas.
Kedua, pengaruh manusia terhadap alam lingkungannya. Ini termasuk dalam arti kata
yang luas, semua perubahan yang dilakukan oleh manusia terhadap alam kebendaan,
tetapi aktivitasnya lebih khusus seperti mengalirkan rawa-rawa atau
mempertahankan terusan.
Sosiologi industri berhubungan dengan cara mendapatkan pengetahuan
mengenai proses sosial yang terlibat dalam aktivitas industri, dan dengan
organisasi industri sebagai sistem sosial. Ilmu ini mengkaji aspek institusi
mengenai aktivitas industri, dan hubungan proses sosial dalam aktivitas
industri kepada proses lain dalam masyarakat.
Sosiologi politik adalah suatu cabang sosiologi yang menganalisa
proses politik dalam rangka bidang sosiologi, mengorientasikan pengamatannya
khusus kepada dinamika tingkah laku politik, karena kajian ini dipengaruhi
beberapa proses sosial, seperti kerjasama, persaingan, konflik, mobilitas
sosial, pembentukan pendapat umum, peralihan kekuasaan beberapa kelompok, dan
semua proses yang terlibat mempengaruhi tingkah laku politik.
Sosiologi pedesaan ialah kajian mengenai penduduk desa dalam hubungan
dengan kelompoknya. Ilmu ini menggunakan metode dan prinsip sosiologi umum dan
menggunakannya dalam kajian mengenai penduduk desa, sekitar ciri-ciri penduduk
desa, organisasi sosial desa, dan berbagai lembaga dan asosiasi yang berfungsi
di dalam kehidupan sosial desa, proses sosial yang penting yang terdapat dalam
kehidupan di desa, pengaruh perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan
beberapa masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa.
Sosiologi kota adalah kajian mengenai orang-orang kota dalam
hubungan mereka antara satu kelompok dengan kelompok lain. Bidang ini mengkaji
ciri orang kota, organisasi sosial dan aktivitas institusi mereka, proses
interaksi asas yang berlaku dalam kehidupan kota, pengaruh perubahan sosial dan
beberapa masalah yang mereka hadapi.
Sosiologi agama adalah melibatkan analisa sistimatik mengenai
fenomena agama dengan menggunakan konsep dan metode sosiologi. Institusi agama
dikaji sedemikian rupa, dan struktur serta prosesnya dianalisa, dan begitu juga
hubungannya dengan institusi yang lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya
agama dikaji untuk tujuan prinsip umum yang dapat diperoleh darinya. Metode
pengendalian sosial melalui aktivitas agama dititikberatkan, seperti halnya
aspek psikologi sosial mengenai tingkah laku kolektif dalam hubungannya dengan
fungsi agama. Ajaran agama dianalisa dalam hubungan dengan struktur sosial.
Disamping
sub-disiplin sosiologi tersebut di atas, juga ada disiplin sosiologi pendidikan
dan pengetahuan. Ahli sosiologi mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu kajian
sosial, karena perkembangan anak perlu ditumbuhkan dari segi hubungannya dengan
masyarakat dan kebudayaannya, individu tidak dapat berkembang jika diasingkan
dari kelompok sosialnya, dan kelompok sosial yang akhirnya membentuk
kepribadian tersebut melalui interaksi sosial.
Sosiologi
pengetahuan, suatu kajian mengenai hubungan antara struktur pemikiran dan latar
belakang sosiologi di mana ia hidup dan berfungsi, karena manusia ingin
mengetahui diri dan lingkungannya.
C. Pendekatan Sosiologi
Untuk
menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi.
Ada tiga pendekatan utama
sosiologi, yaitu :
1.
Pendekatan struktural–fungsional.
2.
Pendekatan konflik (marxien).
3.
Pendekatan interaksionisme–simbolis.[7]
Pendekatan
struktural–fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan
makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber pada
sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto,
dan beberapa antropolog sosial Inggris, namun yang pertama mengemukakan rumusan
sistematis mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini
kemudian dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa
tersebut, terutama di Amerika. Pendekatan ini
didasarkan pada dua asumsi dasar yaitu :
Masyarakat terbentuk atas
substruktur-substruktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-masing, saling
bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu
sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki
mengapa yang satu mempengaruhi yang lain, dan sampai sejauh mana. Setiap
struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau
substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik,
agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
Adapun
pendekatan pendekatan konflik atau marxien merupakan pendekatan alternatif
paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-struktural sosial
makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus
gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia tujukan
untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam
pengertian modern diakui sebagai bersifat sosiologis.[8] Marx mengajukan teori sosialismenya yakni suatu solusi final agar seluruh
sumber daya dapat dimiliki oleh semua
orang. Dan revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya
tidak ada lagi kelaparan, pengeksploitasian dan konflik.
Sedangkan
pendekatan intraksionalisme-simbolis merupakan
sebuah perspektif mikro dalam sosiologi, yang barang kali sangat spekulatif
pada tahapan analisisnya sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit
sekali prasangka idiologis, walaupun meminjam banyak dari lingkungan barat
tempat dibinanya pendekatan ini.[9]
Pendekatan
intraksionisme simbolis lebih sering disebut pendekatan intraksionis saja,
bertolak dari interaksi sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro
ini ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap keseluruhan
masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia dipandang
mempelajari situasi-situasi transaksi-transaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi
di dalam dan di luar keluarga, situasi-situasi permainan dan pendidikan,
situasi-situasi organisasi formal dan informal dan seterusnya.
D. Agama sebagai Fenomena Sosiologi
Penjelasan
yang bagaimanapun tentang agama, tidak akan pernah tuntas tanpa
mengikutsertakan aspek-aspek sosiologinya. Agama yang menyangkut kepercayaan
serta berbagai prakteknya benar-benar merupakan masalah sosial, dan sampai saat
ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia di mana telah dimiliki
berbagai catatan tentang itu, termasuk yang bisa diketengahkan dan ditafsirkan
oleh para ahli arkeologi.
Dalam
masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional
penting yang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Akan tetapi masalah agama berbeda
dengan masalah pemerintahan dan hukum, yang lazim menyangkut alokasi serta
pengendalian kekuasaan. Berbeda dengan lembaga ekonomi yang berkaitan dengan
kerja, produksi dan pertukaran. Dan juga berbeda dengan lembaga keluarga yang
di antaranya berkaitan dengan pertalian keturunan serta kekerabatan.
Perbandingan
aktivitas keagamaan dengan aktivitas lain atau perbandingan lembaga keagamaan
dengan lembaga sosial lain, sepintas menunjukkan bahwa agama dalam kaitannya
dengan masalah yang tidak dapat diraba tersebut merupakan sesuatu yang tidak
penting, sesuatu yang sepele dibandingkan bagi masalah pokok manusia. Namun
kenyataan menunjukkan lain. Sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal
yang mengandung arti penting menyangkut masalah kehidupan manusia, yang dalam
transedensinya mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi
manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan
bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan.
Disamping
itu agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling
kental; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan
perdamaian batin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat
manusia beradab. Tetapi agama juga dituduh sebagai penghambat kemajuan manusia,
dan mempertinggi fanatisme dan sifat tidak toleran. Pengacauan, pengabaian,
tahayul dan kesia-siaan.
Catatan
sejarah yang ada menunjukkan agama sebagai salah satu penghambat tatanan sosial
yang telah mapan. Tetapi agama juga memperlihatkan kemampuannya melahirkan
kecenderungan yang sangat revolusioner. Emile Durkheim seorang pelopor
sosiologi agama di Prancis berpendapat bahwa agama merupakan sumber semua
kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan Marx mengatakan bahwa agama adalah
candu bagi manusia. Jelas agama menunjukkan seperangkat aktivitas sosial yang
mempunyai arti penting.
E. Pendekatan Sosiologis dalam Tradisi Intelektual Islam (Ibnu Khaldun).
Ibnu Khaldun[10]
menghimpun aliran sosiologi dalam Mukaddimah.
Cakrawala pemikiran Ibnu Khaldun sangat luas, dia dapat memahami masyarakat
dalam segala totalitasnya, dan dia menunjukkan segala penomena untuk bahan
studinya. Dia juga mencoba
untuk memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas di bawah
sorotan sinar sejarah. Kemudian dia mensistematik proses peristiwa-peristiwa
dan kaitannya dalam suatu kaidah sosial yang umum.
Dia adalah
penggagas ilmu peradaban atau filsafat sosial, pokok bahasannya ialah
kesejahteraan masyarakat manusia dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun
memandang ilmu peradaban adalah ilmu baru, luar biasa dan banyak faedahnya.
Ilmu baru ini, yang diciptakan oleh Ibnu Khaldun memiliki arti yang besar.
Menurutnya ilmu ini adalah kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang
salah dalam penyajian fakta, menunjukkan yang mungkin dan yang mustahil.
Ibnu Khaldun membagi topik ke
dalam 6 pasal besar yaitu :
a. Tentang masyarakat manusia setara
keseluruhan dan jenis-jenisnya dalam perimbangannya dengan bumi; “ilmu
sosiologi umum”.
b. Tentang masyarakat pengembara dengan
menyebut kabilah-kabilah dan etnis yang biadab; “sosiologi pedesaan”.
c.
Tentang negara, khilafat dan pergantian
sultan-sultan; “sosiologi politik”.
d.
Tentang masyarakat menetap,
negeri-negeri dan kota ; “sosiologi kota ”.
e.
Tentang pertukangan, kehidupan,
penghasilan dan aspek-aspeknya; “sosiologi industri”.
f.
Tentang ilmu pengetahuan, cara
memperolehnya dan mengajarkannya; “sosiologi pendidikan”.[11]
Juga dia adalah orang yang pertama
yang mengaitkan antara evolusi masyarakat manusia dari satu sisi dan
sebab-sebab yang berkaitan pada sisi yang lain. Dia mengetahui dengan baik
masalah-masalah penelitian dan laporan-laporan penelitian. Laporan penelitian
menurut Ibnu Khaldun hendaklah diperkuat oleh dalil-dalil yang meyakinkan. Dia
telah mengkaji prilaku manusia dan pengaruh iklim dan berbagai aspek pencarian
nafkah beserta penjelasan pengaruhnya pada konstitusi tubuh manusia dan
intelektual manusia dan masyarakat.
F. Penulis dan Karya Utama dalam
Studi Islam dengan Pendekatan Sosiologis
Dalam
kajian pendekatan sosiologi dalam studi Islam, banyak para penulis baik penulis
dari barat maupun penulis muslim itu sendiri, yang telah menghasilkan karyanya
tentang sosiologi yang ada hubungannya dalam memahami agama. Diantaranya adalah
Clifford Geertz dalam bukunya; The religion of Java, tulisannya ini
sangat menberikan kontribusi yang luar biasa meskipun banyak kritikan yang
dilontarkan kepadanya. Namun dari segi metodologi banyak manfaatnya yang bisa
diambil dalam karyanya ini.Geertz menemukan adanya pengaruh agama dalam pojok
dan celah kehidupan Jawa. Masih banyak lagi karya Geertz yang lain seperti; Religion as a cultural system dalam Anthropological approachhes to the study of
religion, juga karyanya yang lain; Tafsir
kebudayaan, after the fact, politik kebudayaan Islam serta karya-karya Geertz
yang lainnya.
Menurut
Akbar S.Ahmad tokoh-tokoh sosiologi dalam dunia Islam telah tumbuh dengan pesat
jauh sebelum tokoh-tokoh dari barat muncul, seperti seorang tokoh muslim Abu
Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni al-Khawarizmi. Menurut sumber-sumber otentik, karya al-Biruni
lebih dari 200 buah, namun hanya sekitar 180 saja yang diketahui dan
terlacak.beberapa diantara bukunya terbilang sebagai karya monumental. Selain
yang telah tersebut di atas . Seperti buku al-Atsar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-Khaliyah
(peninggalan bangsa-bangsa kuno) yang ditulisnya pada 998 M, ketika dia
merantau ke-Jurjan, daerah tenggara laut Kaspia. Dalam karyanya tersebut,
al-Biruni antara lain mengupas sekitar upacara-upacara ritual, pesta dan
festival bangsa-bangsa kuno.[12]
Ali Syari’ati merupakan salah satu tokoh
sosiologi, yang menyatukan ide dan praktik yang menjelma dalam revolusi Islam
Iran. Kekuatan idenya itulah yang menggerakkan pemimpin spiritual Iran, Ali
Khomeini memimpin gerakan masa yang melahirkan Republik Islam Iran pada tahun
1979.[13] Sebagai sang sosiolog yang tertarik pada
dialektis antara teori dan praktik : antara ide dan kekuatan-kekuatan sosial
dan antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Dua tahun sebelum revolusi
Iran- Syari’ati telah menulis beberapa buku, diantaranya : Marxisme and other western Fallacies, On the Sociology of Islam,
Al-Ummah wa Al-Imamah, Intizar Madab I’tiraz dan Role of Intellectual in Society.
Selanjutnya Ibnu Batutah, adapun karyanya yang berjudul Tuhfah al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa
Ajaib al-Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan
perjalanan yang mengagumkan)
Kemudian
tokoh sosiologi yang tidak asing lagi yaitu Ibnu Khaldun, pemikiran dan
teori-teori politiknya yang sangat maju telah mempengaruhi karya-karya para
pemikir politik terkemuka sesudahnya seperti Machiavelli dan Vico. Dia mampu
menembus ke dalam fenomena sosial sebagai filsuf dan ahli ekonomi yang dalam
ilmunya. Dia juga peletak dasar ilmu sosiologi dan politik melalui karya magnum
opus-nya, Al-Muqaddimah.
Adapun
teori yang dikemukakan Ibnu Khaldun dikenal orang dengan teori disintegrasi (ancaman perpecahan suatu masyarakat/bangsa).
Dia menulis soal itu lantaran melihat secara faktual ancaman disintegrasi akan
membayangi dan mengintai umat manusia bila mengabaikan dimensi stabilitas
sosial dan politik dalam masyarakatnya. Setidaknya, berkat dialah dasar-dasar
ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun. Tidak heran jika warisannya itu
banyak diterjemahkan keberbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.[14] Juga banyak tokoh-tokoh sosiologi Indonesia seperti: Soerjono Soekanto,
diantara karyanya; sosiologi suatu pengantar. Di antara hasil karyanya;
masyarakat desa di Indonesia masa ini, beberapa pokok antropologi sosial dan
lain-lain.
Beberapa tokoh-tokoh yang mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi
lainnya diantaranya yaitu:
- Agust Comte (1798–1857), seorang Perancis yang merupakan bapak sosiologi yang pertama kali memberi nama pada ilmu tersebut yaitu dari kata-kata socius dan logos. Hasil karyanya adalah; The scisntific labors necessary for the reorganization of society (1822). The positive philosophy (6 Jilid 1830–1840), subjective synthesis (1820–1903).
- Herbert Spencer (1820–1903), karyanya yang terkenal; The principles of sociology, yang menguraikan materi sosiologi secara sistematis.
- Emile Durkheim (1858 –1917), adapun karyanya; The social division of labor, The rules of sociological method dan The elementary forms of religious life.
- Max Weber (1864–1920), sosiologi dikatakan sebagai suatu ilmu yang berusaha untuk memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial untuk memperoleh gambaran dan pengaruhnya. Diantara karyanya adalah; Economic and society, collected essays on sosiology of religion dan lain-lain.
- Charles Horton Cooley (1864–1929), yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat. Karyanya adalah; Human ature and society order, social organization dan social process.
- Ferdinand Tonnis, hasil karyanya; Sociological studies and critism (3 jilid, 1952).
- Vilfredo Pareto (1848–1923), hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul; The mind and society.[15]
- Thomas F. O’deo, hasil karyanya; The sociology of religion.
- Karl Marx (1818–1883) adalah tokoh
yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional
G. Masalah dan Prospek
Pendekatan Sosiologi
Ketiga pendekatan sosiologi
(struktural-fungsional, konflik dan intraksionisme-simbolis) yang telah
disebutkan pada bagian terdahulu, adalah pendekatan sosiologi kontemporer yang
dibina dengan objek masyarakat barat, karenanya pendekatan tersebut tidak
bersifat universal. Pemikiran barat bukan saja jauh dari dan kerap kali
bertentangan dengan persepsi-persepsi lokal dalam masyarakat-masyarakat
non-Barat, tetapi juga tidak mampu menjelaskan problem yang dewasa ini dihadapi
oleh masyarakat-masyarakat ini.
Tidak sedikit contoh tentang
kelemahan dalam sosiologi ini. Misalnya teori tentang kejahatan dan pelanggaran
serta penyimpangan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman dan
penelitian-penelitian di pusat kota New York dan Chicago ,
tidak menjelaskan masalah kejahatan dan penyimpangan yang ada di Uni Soviet , Pakistan ,
Mesir , Indonesia dan masyarakat-masyarakat
serupa lainnya.[16]
Upaya-upaya sosialisasi modern untuk
menjelaskan stratifikasi sosial, perkawinan dan keluarga, juga dapat dikatakan
tidak memadai untuk menerangkan masyarakat-masyarakat non-Barat. Jika diperhatikan lebih dekat, akan
ditemukan banyak perbedaan dalam pendekatan-pendekatan yang dianut dikalangan
sosiolog-sosiolog satu negara barat dan negara barat lainnya.
Memang
telah ada upaya-upaya untuk meredakan perbedaan-perbedaan sosiologis antara
satu negara barat dengan negara barat lainnya. Perbedaan-perbedaan ini bisa
dihilangkan dengan interaksi yang lebih akrab antara para sosiolog eropa dan
Amerika, tetapi akan tetap dirasakan adanya kenyataan yang janggal bahwa
pendekatan-pendekatan sosiologis barat didasarkan pada asumsi-asumsi dan
penelitian-penelitian yang asing bagi realitas sosial di masyarakat non-barat.
Bila
dialihkan perhatian, dari masyarakat barat pada umumnya, ke masyarakat muslim
atau wilayah yang berkebudayaan Islam pada khususnya, maka akan terlihat bahwa
studi sistematis mengenai Islam merupakan suatu bidang yang benar-benar tidak
diperdulikan dalam sosiologi. Nyaris tidak satu pun studi sosiologis tentang
Islam dan masyarakat-masyarakat muslim.[17]
Dalam hal
ini hendaknya semua orang yang menaruh minat pada pengembangan teori prilaku
sosial muslim, memulai dengan melihat pendidikan ilmu sosial modern mereka dari
sudut asumsi-asumsi al-Qur’an tentang manusia, dan dalam kaitannya dengan
sejumlah karya sejarah dan hukum yang ditulis oleh para ulama muslim di masa
silam dan kini.
H. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam
Pendekatan
sosiologi dalam studi Islam, kegunaannya sebagai metodologi untuk memahami
corak dan stratifikasi dalam suatu kelompok masyarakat, yaitu dalam dunia ilmu
pengetahuan, makna dari istilah pendekatan sama dengan metodologi, yaitu sudut
pandang atau cara melihat atau memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian
atau masalah yang dikaji.[18] Selain itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk memperlakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan sesuatu
permasalahan atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan
tersebut.
Kegunaan
yang berkelanjutan ini adalah untuk dapat mengarahkan dan menambah
keyakinan-keyakinan ke-Islaman yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut
sesuai dengan ajaran agama Islam tanpa menimbulkan gejolak dan tantangan antara
sesama kelompok masyarakat. Seterusnya melalui pendekatan sosiologi ini dalam
studi Islam, diharapkan pemeluk agama Islam dapat lebih toleran terhadap
berbagai aspek perbedaan budaya lokal dengan ajaran agama Islam itu sendiri.
Melalui
pendekatan sosiologi sebagaimana tersebut diatas terlihat dengan jelas hubungan
agama Islam dengan berbagai masalah sosial dalam kehidupan kelompok masyarakat,
dan dengan itu pula agama Islam terlihat akrab fungsional dengan berbagai
fenomena kehidupan sosial masyarakat.
Dari sisi
lain terdapat pula signifikasi pendekatan Islam dalam sosiologi, salah satunya
adalah dapat memahami fenomena sosial yang berkenaan dengan ibadah dan
muamalat. Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami
karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial.
Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial ini, selanjutnya mendorong
agamawan memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat memahami agamanya. Dalam
bukunya yang berjudul Islam alternatif. Jalaluddin Rahmat telah menunjukkan
betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islam terhadap
masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan[19] sebagai berikut:
- Pertama dalam
al-Qur’an atau kitab Hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu
berkenaan dengan urusan muamalah. Sedangkan menurut Ayatullah Khoemeini
dalam bukunya al-Hukumah
al-Islamiyah yang dikutip oleh
Jalaluddin Rahmat dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah
dan ayat-ayat yang menyangkut kehidupan sosial adalah satu berbanding
seratus. Artinya untuk satu ayat ibadah, ada seratus ayat muamalah (masalah
sosial).
- Kedua bahwa
ditekankannya masalah muamalah atau sosial dalam Islam ialah adanya kenyataan
bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang
penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (bukan
ditinggalkan) melainkan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
- Ketiga bahwa
ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
dari ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu shalat yang dilakukan
secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya daripada shalat yang
dikerjakan sendirian dengan ukuran satu berbanding dua puluh tujuh
derajat.
- Keempat dalam
Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau
batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya ialah
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Bila puasa tidak
mampu dilakukan misalnya, maka jalan keluarnya; dengan membayar fidyah
dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin.
- Kelima dalam
Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat
ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah. [20]
Demikian sebaliknya sosiologi memiliki kontribusi dalam bidang
kemasyarakatan terutama bagi orang yang berbuat amal baik akan mendapatkan
status sosial yang lebih tinggi ditengah-tengah masyarakat, secara
langsung hal ini berhubungan dengan sosiologi.
Berdasarkan
pemahaman ke lima alasan di atas, maka melalui pendekatan sosiologis, agama
akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untuk
kepentingan sosial. Dalam al-Qur’an misalnya dijumpai ayat-ayat berkenaan
dengan hubungan manusia dengan manusia lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan
terjadinya kemakmuran suatu bangsa dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya
kesengsaraan. Semua itu hanya baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya
mengetahui sejarah sosial pada ajaran agama itu diturunkan.[21]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa
objek pendekatan sosiologi yang digunakan oleh para sosiolog ternyata
menghasilkan cara untuk memahami agama dengan mudah. Selain itu memang menurut
beberapa sosiolog dan ahli metodologi studi-studi ke-Islaman bahwa agama Islam
itu sendiri sangat mementingkan peranan aspek sosial dalam kehidupan beragama.
Karena
objek sosiologi adalah masyarakat, maka ilmu ini sangat cepat berkembang dan
bercabang kepada bidang-bidang keilmuan lainnya, sosiologi hukum, sosiologi
perkotaan, sosiologi pedesaan, sastra dan lain sebagainya, dan tidak menutup
kemungkinan bahwa cabang-cabang sosiologi akan bertambah.
Kajian-kajian
ke-Islaman yang menggunakan pendekatan sosiologi sangat menarik dan lebih dapat
mendekatkan pemahaman terhadap universalitas ajaran Islam itu sendiri. Tetapi
kajian-kajian tersebut masih membutuhkan uluran tangan sarjana-sarjana Islam
untuk mengembangkannya.
Objek
bahasan pendekatan sosiologi dalam studi Islam seperti dalam pembahasan makalah
ini, terdapat tiga pendekatan utama sosiologi, yaitu : 1) pendekatan
struktural–fungsional, 2) pendekatan konflik atau marxien dan 3) pendekatan interaksionisme–simbolis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Syamsuddin. Agama dan Masyarakat. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1997.
Ali, A.
Mukti. Ibnu Khaldun dan Asal-usul
Sosiolog. Yogyakarta: Yayasan Nida, 1970.
Bahreisi,
Hussein. Hadits Bukhari-Muslim. Surabaya
: Karya Utama, tt.
Ba-Yunus, Ilyas, Farid Ahmad. Islamic Sosiology; An Introduction. terj.
Hamid Basyaib. Bandung :
Mizan, 1996.
MGMP, Tim. Sosiologi SUMUT. Sosiologi. Medan
: Kurnia, 1999.
Nata, Abuddin. Metodelogi Studi Islam. Jakarta
: RajaGrafindo Persada, 2002.
Rahmat,
Jalaluddin. Islam alternatif. Bandung
: Mizan, 1986.
Ridwan,
Deden. (ed). Tradisi Baru Penelitian
Agama Islam Tinjauan Antar Disiplin Ilmu. Bandung: Nuansa, 2001.
Sanderson,
Stepen. Sosiologi Makro. edisi
Indonesia. Hotman M. Siahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
-----, Sosiologi Makro. terj. Sahat Simamora.
Jakarta : Bina Aksara, 1984.
Soekanto,
Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta
: Rajawali, 1987.
Sucipto, Hery. Ensiklopedi Tokoh Islam. Bandung : Mizan 2003.
Syani,
Abdul. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat.
Lampung : Pustaka Jaya, 1995.
Werren,
Joseph Roucek, Rolan. Sosiologi An
Introduction. terj. Sehat Simamora. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984.
[1]Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam ( Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 39.
[2]Abdul Syani, Sosiologi
Dan Perubahan Masyarakat (Lampung :
Pustaka Jaya, 1995) h. 2.
[3]Tim MGMP, Sosiologi SUMUT, Sosiologi (Medan : Kurnia, 1999) h. 3.
[4]Steven Sanderson, Sosiologi Makro, terj. Sahat Simamora, (Jakarta : Bina Aksara,
1984), h. 253.
[5]Stepen Sanderson, Sosiologi Makro, edisi Indonesia, Hotman M. Siahaan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995), h. 2.
[6]Joseph Roucek dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), h. 253.
[7]Ilyas Ba-Yunus Farid Ahmad, Islamic
Sosiology; An Introduction, terj. Hamid Basyaib, (Bandung: Mizan, 1996), h.
20 - 24.
[10] A. Mukti Ali, Ibnu Khaldun dan
Asal-usul Sosiolog (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1970), h. 12.
[11]Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997), h. 60.
[12]Hery Sucipto, Ensiklopedi
Tokoh Islam ( Bandung
: Mizan 2003) h. 69.
[15]Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali, 1987), h. 368–375.
[16]Ilyas Ba-Yunus, Islamic
Sosiology; An Introduction, h. 29.
[18]M. Deden Ridwan, (ed), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan
Antar Disiplin Ilmu (Bandung: Nuansa, 2001), h. 180.
adits
Bukhari-Muslim (Surabaya
: Karya Utama, tt), h. 160.
[21]Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, h. 42.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar