BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang dilakukan
antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan
partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa
siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan,
belajar mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya.
Hasil belajar siswa selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga
dipengaruhi oleh partisipasi siswa. Jika siswa aktif dan berpartisipasi dalam
pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya namun ada
aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial.
Menurut Anita Lie, paradigma
lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak
bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran, yaitu: (1) pengetahuan
ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun pengetahuan
secara aktif, (3) Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4)
Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara
guru dan siswa.[1]
Salah satu metode
pembelajaran yang akan penulis bahas pada makalah ini yang dapat mengatasi
rendahnya partisipasi siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode
pembelajaran kooperatif menuntut semua anggota kelompok belajar dapat saling
bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru
tetapi juga dengan siswa yang lain.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Cooperative Script
Pembelajaran Cooperative
Script merupakan salah satu bentuk atau model metode pembelajaran
kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran Cooperative Script telah
mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk
yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya
sama. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi
ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada
siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak
dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar
yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan
masing-masing.[3]
Pembelajaran Cooperative
Script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran ini terjadi
kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah
yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai
fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada
interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari
ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang
disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar
interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama
pembelajaran Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa
untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar
sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
Model pembelajaran cooperative
script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga
melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model
pembelajaran cooperative script yang
dirangkum dari beberapa sumber yaitu :[4]
1.
Model
pembelajaran cooperative script menurut Dansereau adalah
skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam
saat diskusi berlangsung.
2.
Pembelajaran Cooperative
Script menurut Schank dan Abelson adalah pembelajaran yang
menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan sosial siswa dengan
lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas.
3.
Brousseau menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran cooperative script adalah
secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.
Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam
pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu
permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam
menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya benar. Model pembelajaran
ini mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi
pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan
belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar
menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima
perbedaan yang ada.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu
strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial
termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif
antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan
jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat
(meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini
memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan
keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.
Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.[5] Langkah-pertama
dalam pembelajaran Cooperative Script yaitu guru membagi siswa untuk
berpasangan. Selanjutnya guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca
dan membuat ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sementara
pembicara membacakan script,
pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
Langkah selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Setelah pembacaan script selesai, guru dan
siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas materi yang telah mereka
pelajari.Siswa saling berinteraksi bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,
menyanggah, dan sebagainya sementara guru memimpin diskusi kelas.
B.
Manfaat
Pembelajaran Cooperative Script
Dari hasil penelitian,
banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran Cooperative Script. Adapun manfaat
pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli antara lain:[6]
1.
Bekerja sama
dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan
sulit
2.
Dapat membantu
ingatan yang terlupakan pada teks
3.
Dengan
mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan
pemahaman
4.
Memberikan
kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman
5.
Membantu siswa
menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata
6.
Membantu
penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan
7.
Memberikan
kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat kembali
Berdasarkan manfaat
pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli tersebut
dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative
Script antara lain:
1.
Dapat
meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi
yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan siswa untuk mempelajarinya melalui
kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa
konsep maupun aplikasinya
2.
Dapat memperluas
cakupan perolehan materi pembelajaran, karena siswa akan mendapatkan transfer
informasi pengetahuan dari pasangannya untuk materi yang tidak dipelajarinya di
kelas
3.
Dapat melatih
keterampilan berpikir kritis siswa, dalam menganalisis, merangkum, dan melalui
kegiatan diskusi siswa akan terlatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya
untuk memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran yang dirancang pada Cooperative
Script
Dengan mempertimbangkan
manfaat dan karakteristik metode pembelajaran Cooperative Script dengan
karakteristik isi materi sistem ekskresi, sangat sesuai bila dipadukan dalam
suatu pembelajaran menggunakan strategi Cooperative Script.
Dari berbagai adaptasi
pembelajaran Cooperative Script telah memperlihatkan variasi
tahapan-tahapan pada pembelajaran Cooperative Script, tetapi tidak
menjadi suatu perbedaan yang berarti. Berdasarkan variasi tahapan-tahapan
tersebut juga banyak memunculkan sebutan-sebutan strategi pembelajaran Cooperative
Script, diantaranya adalah MURDER Script (Mood, Understand,
Recall, Detect, Elaborate, Review).
1.
Mood merupakan tahap kesepakatan untuk menentukan aturan
yang digunakan dalam berkolaborasi, misalnya memberikan isyarat jika terjadi
kesalahan dalam menyampaikan ide-ide pokok seperti menepuk bahu atau dengan
isyarat suara atau dengan yang lainnya
2.
Understand merupakan tahap membaca untuk memahami isi teks dalam
waktu tertentu
3.
Recall merupakan tahap membuat ringkasan ide-ide pokok dari
materi, dan selanjutnya menyampaikan kepada pasangannya
4.
Detect merupakan menemukan kesalahan dari ringkasan dan
penyampaian pasangannya
5.
Elaborate merupakan tahap menguraikan hasil ringkasan materi
dari peserta didik kepada pasangannya
6.
Review merupakan tahap kedua pasangan mencari hubungan
ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata siswa, ide lain yang pernah
dipelajari, pendapat tentang materi, dan reaksi emosional atau respon terhadap
ide-ide pokok materi.
Selain itu ada yang menyebut
Cooperative Script dengan sebutan SUMMER Script (Set the mood,
Understand by reading silently, Mention the main ideas, Monitor the summary,
Elaborate, and Review). Selanjutnya, Danserau menjelaskan bahwa
langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut.
1.
Guru membagi
siswa untuk berpasangan
2.
Guru membagikan
wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya
3.
Guru dan siswa
menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar
4.
Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak mengoreksi menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.
Bertukar peran,
semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
6.
Guru membantu
siswa menyusun kesimpulan.
D.
Prinsip
Model Pembelajaran Cooperative Script
Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep
dari the aclerated learning, active learning, dan cooperative learning. Maka
prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang
ada pada model pembelajaran cooperative
learning, prinsip-prinsipnya yaitu :[8]
1.
Siswa harus
memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2.
Siswa memiliki
tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.
Siswa harus
berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.
Siswa harus
berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota
kelompok.
5.
Siswa akan
diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.
Siswa berbagi
kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama
belajar.
7.
Siswa akan
diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam
kelompok kooperatif.
E.
Kelebihan
Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative
Script
Setiap model pembelajaran
pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua
siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative
Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model
pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan
ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci
melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak
menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok. Model pembelajaran
ini sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik. Penilaian
terhadap murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena tersembunyi
di dalam kelompok.
Kelebihan model pembelajaran
cooperative script diantanya adalah,
a) melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan
peran, c) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Adapun
kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah a) hannya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu, dan b) hanya dilakukan dua orang
(tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang
tersebut).[9]
F.
Pelaksanaan
Model Pembelajaran Cooperative Script
Langkah-langkah aplikasi
dari model pembelajaran cooperative
script adalah sebagai berikut :
- Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan
dipelajari.
- Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi
pembelajaran sesuai Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.
- Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih
dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam
pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga
mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama lain. Hal
ini juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin
baik, bukan hanya kepada orang itu-itu saja.
- Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap
kelompok mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama
memecahkan materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai
fasilitator.
- Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing,
kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik
dari kelompok yang satu dengan peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi
mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan nomer kepada
setiap siswa secara acak.
- Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
- Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan
dan menjelaskan tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya
lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimak/
mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.
- Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar
dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
- Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil
kegiatannya/ diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomer siswa
secara acak.
- Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas
dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai
pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat
dan belum jelas kepada siswa.
- Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali
materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
- Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan
masing-asing siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal
untuk dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang
beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus bisa
mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya
saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham.
karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi siswa yang disebut
nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas.
Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan
mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam
kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok
tersebut akan mendapatkan bintang kuning. Kelompok yang mendapatkan
bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara
dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh
gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang
merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu
hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-urut (menggantikan
tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru
tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang
siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa
cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam
satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali
pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua
untuk latihan-latihan.
- Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi
trigonometri yang telah disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
- Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan
tidak boleh saling membantu.
- Guru menutup pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
v
Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
v
Adapun manfaat pembelajaran Cooperative Script
yang diungkapkan para ahli antara lain: 1) Bekerja sama dengan orang lain bisa
membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan sulit 2) Dapat membantu
ingatan yang terlupakan pada teks 3) Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang
ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman 4) Memberikan kesempatan
siswa membenarkan kesalahpahaman 5) Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok
materi dengan kehidupan nyata 6) Membantu penjelasan bagian bacaan secara
keseluruhan 7) Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat
kembali.
v
Langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative
Script adalah : 1) Guru membagi siswa untuk berpasangan 2) Guru membagikan
wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya 3) Guru dan
siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar 4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara
pendengar menyimak mengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya 5) Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya 6) Guru membantu siswa
menyusun kesimpulan.
v
Model pembelajaran cooperative
script ini memiliki konsep dari the aclerated
learning, active learning, dan cooperative learning. Maka
prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang
ada pada model pembelajaran cooperative
learning.
v
Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah, a) melatih pendengaran,
ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan peran, c) melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Adapun kelemahan model
pembelajaran cooperative script diantanya adalah a) hannya digunakan untuk mata
pelajaran tertentu, dan b) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh
kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva
press.
Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana.
Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor
Bagawan Adiyasa. 2013. Model Pembelajaran Cooperativ Script.
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-script/.
Diakses pada tanggal 17 November 2014 Pukul 12:54 WIB.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative
Learning.Bandung: Nusa Media.
Sukidin, Basrowi, dan Suranto, 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Insan Cendekia
[1] Busrowi, Sukidin, dan Suranto, 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Insan Cendekia. Hal.54.
[3] Mahisa Alit. 2002. Pembelajaran Kooperatif,
Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor.hal.203
[4] Ibid., hal. 204
[5] Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 126.
[6] Bagawan Adiyasa. 2013. Model Pembelajaran Cooperativ Script.
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-script/.
Diakses pada tanggal 17 November 2014 Pukul 12:54 WIB.
[8]
Mahisa
Alit. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa
dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor.hal.210
Tidak ada komentar:
Posting Komentar