Sabtu, 18 April 2015

MAKALAH PASCA: METODE PEMBELAJARAN INOVATIF : METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Hasil belajar siswa selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga dipengaruhi oleh partisipasi siswa. Jika siswa aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya namun ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial.
Menurut Anita Lie, paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran, yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.[1]
Salah satu metode pembelajaran yang akan penulis bahas pada makalah ini yang dapat mengatasi rendahnya partisipasi siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif menuntut semua anggota kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa yang lain.[2]










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Cooperative Script
Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk atau model metode pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran Cooperative Script telah mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya sama. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing.[3]
Pembelajaran Cooperative Script berpijak pada faham konstruktivisme, pada pembelajran ini terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama, peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominant siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan model pembelajaran cooperative script yang dirangkum dari beberapa sumber yaitu :[4]
1.      Model pembelajaran cooperative script  menurut Dansereau adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai peran dalam saat diskusi berlangsung.
2.      Pembelajaran Cooperative Script menurut Schank dan Abelson adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa sepertiilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu,dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.
3.      Brousseau menyatakan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran cooperative script adalah secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.
Model pembelajaran Cooperative Script baik digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru (dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru  yang diyakininya benar. Model pembelajaran ini  mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya, sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik  dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperative Script banyak menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang lain.
Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.[5] Langkah-pertama dalam pembelajaran Cooperative Script yaitu guru membagi siswa untuk berpasangan. Selanjutnya guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sementara pembicara membacakan script, pendengar menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Langkah selanjutnya bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Setelah pembacaan script selesai, guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas materi yang telah mereka pelajari.Siswa saling berinteraksi bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, menyanggah, dan sebagainya sementara guru memimpin diskusi kelas.

B.     Manfaat Pembelajaran Cooperative Script
Dari hasil penelitian, banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran Cooperative Script. Adapun manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli antara lain:[6]
1.      Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan sulit
2.      Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks
3.      Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman
4.      Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman
5.      Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata
6.      Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan
7.      Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat kembali
Berdasarkan manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli tersebut dapat dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative Script antara lain:
1.      Dapat meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya
2.      Dapat memperluas cakupan perolehan materi pembelajaran, karena siswa akan mendapatkan transfer informasi pengetahuan dari pasangannya untuk materi yang tidak dipelajarinya di kelas
3.      Dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa, dalam menganalisis, merangkum, dan melalui kegiatan diskusi siswa akan terlatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran yang dirancang pada Cooperative Script
Dengan mempertimbangkan manfaat dan karakteristik metode pembelajaran Cooperative Script dengan karakteristik isi materi sistem ekskresi, sangat sesuai bila dipadukan dalam suatu pembelajaran menggunakan strategi Cooperative Script.

C.    Langkah-Langkah Pelaksanaan Cooperative Script[7]
Dari berbagai adaptasi pembelajaran Cooperative Script telah memperlihatkan variasi tahapan-tahapan pada pembelajaran Cooperative Script, tetapi tidak menjadi suatu perbedaan yang berarti. Berdasarkan variasi tahapan-tahapan tersebut juga banyak memunculkan sebutan-sebutan strategi pembelajaran Cooperative Script, diantaranya adalah MURDER Script (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review).
1.      Mood merupakan tahap kesepakatan untuk menentukan aturan yang digunakan dalam berkolaborasi, misalnya memberikan isyarat jika terjadi kesalahan dalam menyampaikan ide-ide pokok seperti menepuk bahu atau dengan isyarat suara atau dengan yang lainnya
2.      Understand merupakan tahap membaca untuk memahami isi teks dalam waktu tertentu
3.      Recall merupakan tahap membuat ringkasan ide-ide pokok dari materi, dan selanjutnya menyampaikan kepada pasangannya
4.      Detect merupakan menemukan kesalahan dari ringkasan dan penyampaian pasangannya
5.      Elaborate merupakan tahap menguraikan hasil ringkasan materi dari peserta didik kepada pasangannya
6.      Review merupakan tahap kedua pasangan mencari hubungan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata siswa, ide lain yang pernah dipelajari, pendapat tentang materi, dan reaksi emosional atau respon terhadap ide-ide pokok materi.
Selain itu ada yang menyebut Cooperative Script dengan sebutan SUMMER Script (Set the mood, Understand by reading silently, Mention the main ideas, Monitor the summary, Elaborate, and Review). Selanjutnya, Danserau menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut.
1.      Guru membagi siswa untuk berpasangan
2.      Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya
3.      Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak mengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.      Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
6.      Guru membantu siswa menyusun kesimpulan.

D.    Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script
Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the aclerated learning, active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-prinsipnya yaitu :[8]

1.      Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag bersama.
2.      Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.      Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.      Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5.      Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.      Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.
7.      Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif.

E.     Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. Penggunaan Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi kelompok. Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik. Penilaian terhadap murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena tersembunyi di dalam kelompok.
Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah, a) melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan peran, c) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Adapun kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah a) hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, dan b) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).[9]

F.     Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Script
Langkah-langkah aplikasi dari model pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut :
  1. Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik pembelajaran yang akan dipelajari.
  2. Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam materi pembelajaran sesuai Standar Kopetensi (SK) dan Kompetensi Dasar.
  3. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok dengan terlebih dahulu mengenal karakteristik dari masing-masing siswa, agar dalam pembagian kelompok dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga mereka bisa saling melengkapi dan membantu satu sama  lain. Hal ini juga dapat mengakibatkan interaksi sosial antar siswa menjadi semakin baik, bukan hanya kepada orang itu-itu saja.
  4. Masing-masing kelompok mempelajari kegiatan yang berbeda. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dan bersama-sama memecahkan materi yang belum mereka pahami. Guru disini bertindak sebagai fasilitator.
  5. Setelah siswa tersebut sudah memahami materinya masing-masing, kemudian guru mengelompokkan kembali dengan memasangkan 1 peserta didik dari kelompok yang satu dengan peserta nomor 1 dari kelompok lain jadi mereka akan berpasang- pasangan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dibuat menjadi satu kelompok. Kemudian guru membagiakan nomer kepada setiap siswa secara acak.
  6. Guru dan peserta didik menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  7. Seorang peserta didik bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan dan menjelaskan tugas dan hasil tugasnya selengkap mungkin dan seorangnya lagi dari peserta didik sebagai pendengar yaitu bertugas menyimak/ mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok pembahasan yang kurang lengkap.
  8. Bertukar peran, yang semula sebagi pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara
  9. Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya/ diskusinya dengan memanggil dari salah satu nomer siswa secara acak.
  10. Diskusi kelas, semua siswa menanggapi hal-hal yang masih kurang jelas dan materi yang belum dimengerti dan guru disini bertindak sebagai pemenengah untuk menjelaskan hal-hal yang masih salah atau kurang tepat dan belum jelas kepada siswa.
  11. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, yaitu penjelasan kembali materi yang masih dianggap meragukan dan kurang jelas.
  12. Untuk lebih memahami materi lebih baik lagi dan mngetahui kemampuan masing-asing siswa dalam memahami materi, guru memberikan latihan soal untuk dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang beranggotakan dua orang tersebut. Masing-masing orang siswa harus bisa mengerjakan soal tersebut bukan hannya salah satu dari anggota kelompoknya saja, anggota yang bisa menjelaskan kepada anggota yang belum paham. karena guru akan memanggil nomer secara acak, bagi siswa yang disebut nomernya harus mengerjakan soal tersebut dan menerangkannya didepan kelas. Bagi siswa yang tidak bisa menjawab atau jawaban salah, maka akan mendapatkan bintang merah yang artinya kelompok tersebut terancam kekalahan, dan apabila jawaban yang disampaikan benar maka kelompok tersebut akan mendapatkan bintang kuning. Kelompok yang mendapatkan bintang kuning yang paling banyak, maka kelompok tersebut menjadi juara dan mendapat bingkisan (penghargaan kelompok) yang telah disediakan oleh gurunya, dan sebaliknya apabila kelompok tersebut mendapatkan bintang merah terbanyak maka kelompok tersebut kalah dan mendapatkan suatu hukuman, yaitu membersihkan kelas selama 3 hari berurut-urut (menggantikan tugas piket). Jawaban yang salah langsung akan dijelaskan oleh guru tersebut. Sesuai dengan pengalaman penulis yang pernah menjadi seorang siswa, pemberian hadiah dan hukuman ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa cenderung tertarik pada hal-hal yang sifatnya kompetisi. Mungkin dalam satu kali pertemuan tidak akan cukup, ini bisa dilakukan dua kali pertemuan, pertemuan pertama untuk pembahasan materi dan pertemuan kedua untuk latihan-latihan.
  13. Guru membimbing peserta didik menyusun kesimpulan dari materi trigonometri yang telah disampaikan dengan menggunakan model cooperative script.
  14. Guru memberikan evaluasi, soal dikerjakan masing-masing oleh siswa dan tidak boleh saling membantu.
  15. Guru menutup pembelajaran.















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
v  Cooperative Script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
v  Adapun manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli antara lain: 1) Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan sulit 2) Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks 3) Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman 4) Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman 5) Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata 6) Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan 7) Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat kembali.
v  Langkah-langkah dalam pembelajaran Cooperative Script adalah : 1) Guru membagi siswa untuk berpasangan 2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasannya 3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak mengoreksi menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya 6) Guru membantu siswa menyusun kesimpulan.
v  Model pembelajaran cooperative script ini memiliki konsep dari the aclerated learning, active learning, dan cooperative learning. Maka prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning.
v  Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah, a) melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan peran, c) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Adapun kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah a) hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, dan b) hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).












DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahul. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press.
Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor
Bagawan Adiyasa. 2013. Model Pembelajaran Cooperativ Script. http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-script/. Diakses pada tanggal 17 November 2014 Pukul 12:54 WIB.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.
Sukidin, Basrowi, dan Suranto, 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia























[1] Busrowi, Sukidin, dan Suranto, 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia. Hal.54.
[2] Robert E Slavin. 2009. Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.hal. 5
[3] Mahisa Alit. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor.hal.203
[4] Ibid., hal. 204
[5] Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 126.
[6] Bagawan Adiyasa. 2013. Model Pembelajaran Cooperativ Script. http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/21/model-pembelajaran-cooperative-script/. Diakses pada tanggal 17 November 2014 Pukul 12:54 WIB.
[7] Ibid. http://bagawanabiyasa.wordpress.com......
[8] Mahisa Alit. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor.hal.210
[9] Miftahul A’la. 2011. “Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press. Hal: 98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar