Sabtu, 18 April 2015

MAKALAH PASCA METODE PEMBELAJARAN INOVATIF NUMBER HEAD TOGETHER

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas yang berpotensi, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sendiri sehingga didalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah,beberapa diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Namun kenyataanya masih banyak belum mencapai hasil yang memuaskan. Untuk pencapaian tujuan tersebut, diharapkan tiap-tiap sekolah berusaha meningkatkan kualitas sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk meningkatkan pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama disekolah. Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan salah satu tokoh penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Selama ini kegiatan belajar mengajar yang dilakukan hanya terfokus pada guru. Pembelajaran seperti ini menjadikan guru yang dominan sedangkan siswa vakum, guru aktif sedangkan siswa pasif. Bagi siswa, ini menjadi ruang gerak yang terbatas, siswa hanya terbiasa mendengar, mencatat kemudian menghapal tanpa keinginan untuk memahami yang menyababkan siswa kurang kreatif dalam belajar.
Jika guru mengajar tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka siswa cenderung pasif dan tidak memiliki minat untuk belajar, akibatnya siswa lebih banyak menunggu sajian yang diberikan guru. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk belajar, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar cepat selesai. Masalah lain yang timbul adalah, adakalanya banyak siswa mampu menyajikan tingkatan hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya sama sekali.
Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Hal inilah yang membuat siswa kurang senang belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil belajar. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama, saling membantu jika ada yang mengalami kesulitan, serta berusaha mengkaji dan menguasai materi pelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar. Salah satu pembenahan dalam proses belajar mengajar yang dapat dilakukan adalah penerapan pembelajaran yang kreatif dan kolaboratif dalam pembelajaran, sehingga siswa mudah memahami dan menguasai konsep pembelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan cara mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas lebih dalam mengenahi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini  adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Number Head Together?
2.      Bagaimana unsur-unsur/ langkah-langkah model pembelajarn Number Head Together?
3.      Apa manfaat dan tujuan model pembelajaran Number Head Together?
4.      Apa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran Number Head Together?

C.    Tujuan
1.      Utuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Inovatif.
2.      Untuk mengetahui model pembelajaran Number Head Together.
3.      Untuk mengetahui Unsur-Unsur/langkah-langkah model pembelajaran Number Head Together.
4.      Untuk mengetahui manfaat dan tujuan model pembelajaran Number Head Together.
5.      Untuk mengetahui kelebihan kelemahan dari model pembelajaran Number Head Together.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar, Hasil Belajar, Dan Model Pembelajaran Number Head Together(NHT)
1.      Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan perkembangan teknologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Menurut Slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”[1] Kemudian Hamalik mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”[2] Sudjana mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan.[3]
Dari beberapa definisi tentang belajar seperti yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sifatnya relatif permanen. Dengan demikian, perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu disertai usaha, sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. 
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut.
a.       Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
b.      Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
c.       Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik).
d.      Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.

2.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.[4]
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:
a.       Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia. 
Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
b.      Faktor yang bersumber dari luar manusia.
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, an lingkungan fisik.
Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berhubungan dengan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan kemampuan perasaan, sikap dan kepribadian, sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan persoalan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis.[5]

3.      Pengertian Model Pembelajaran Number Head Together
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[6] Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan terdapat empat hal penting dalam strategi pemebelajaran kooperatif  yang telah ditetapkan yaitu :
-          Adanya peserta didik dalam kelompok.
-          Adanya aturan main
-          Adanya upaya belajar dalam kelompok
-          Tatap muka
-          Evaluasi proses kelompok
Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :[7]
a.       Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b.      Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c.       Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut Slavin dalam Isjoni adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.[8]
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif. Menurut Spenser Kagan dalam Trianto melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.[9]

B.     Unsur-Unsur/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together
a.      Sintakmatik
Adapun langkah dalam penerapan pembelajan Number Head Together  yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab, dengan tiga langkah yaitu :[10]
1.      Pembentukan kelompok
2.      Diskusi masalah
3.      Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2.      Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-6 dan diberi nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3.      Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4.      Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5.      Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6.      Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.



b.      Sistem sosial
Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Suatu tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam proses pembelajaran. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan guru dengan peserta didik.
Aturan dalam pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana dalam pembentukan kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang memiliki nomor 1-8 menjadi satu kelompok dan begitu seterusnya.

c.       Prinsip Reaksi
Prinsip Reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka.
Dalam pembelajaran menggunakan model NHT pada mulanya guru sekilas memberikan materi awal, misalnya tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, guru memberikan LKS kepada semua kelompok yang sudah ditentukan untuk didiskusikan.
Dalam kegiatan diskusi guru berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok dalam menyatukan berbagai pendapat yang ada dari masing-masing anak didalam kelompok tersebut. Ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompok tersebut.
Guru memancing pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang spesifik agar perhatian siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok agar tetap aktif.

d.      Sistem Pendukung
-          Bahan ajar
Bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan dan disampaikan oleh guru yaitu tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.
-          Media Belajar
Untuk memudahkan siswa agar dapat  memahami materi yang disampaikan oleh guru. Disini guru menggunakan media visual (gambar) dengan menggunakan PPT yang diproyeksikan oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodivikasi.

e.       Dampak Instruksional dan Dampak pengiring
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langung oleh siswa tanpa mengarah langsung dari pengajar.

C.    Manfaat Model Pembelajaran Number Head Together
Manfaat Model Pembelajaran NHT dalam Menceritakan Kembali Cerita yang dipelajarinya. Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa.
Menurut Lundgren dalam Ibrahim, ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa antara lain adalah :[11]
1.      Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.      Memperbaiki kehadiran
3.      Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.      Konflik antara pribadi berkurang
6.      Pemahaman yang lebih mendalam
7.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.      Hasil belajar lebih tinggi 


D.    Tujuan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Ibrahim dan Herdian[12] tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1.      Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2.      Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3.      Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Dengan model NHT diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa nasionalisme.

E.     Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Number Head Together
Sharan (1990) mengatakan bahwa pembelajaran dengan sistem pengelompokan dapat menyebabkan berpindahnya motivasi dari tataran eksternal pada tataran internal.[13] Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas, mereka akan tertarik pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari kepentingannya sebagai siswa terhadap materi tersebut.
Ø  Keuntungannya
1.      Dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu singkat, baik dalam aspek   pembelajaran akademik maupun aspek skill.
2.      Memberikan seorang (atau beberapa orang) pendamping belajar yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial serta berempati terhadap orang lain.
3.      Dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Sanjaya keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together adalah:[14]
Ø  Keuntungan
1.      Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
2.      Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
3.      Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
4.      Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.      Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
6.      Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.      Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Ø  Kelemahan
1.      Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
2.      Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
3.      Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.

Selanjutnya dalam bukunya Isjoni Jarolimek & Parker mengatakan bahwa:[15]
Ø  Keuntungan
1.      Saling ketergantungan yang positif.
2.      Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3.      Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4.      Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5.      Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dan guru.
6.      Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
Ø  Kelemahannya
1.      Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2.      Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alatdan biaya yang cukup memadai.
3.      Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4.      Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Jadi dapat di tarik kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai berikut :
Ø  Kelebihan
1.      Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2.      Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3.      Siswa termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
4.      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
Ø  Kekurangan atau kelemahan
1.      Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
2.      Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah.
3.      Peneglompokan siswa memerlukan waktu khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama disekolah. Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan salah satu tokoh penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil belajar. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.

B.     SARAN
Dari kesimpulan diatas dapat disarankan :
1.        Guru harus kreatif memilih materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number head together, karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan meodel pembelajaran Number Head Together.
2.        Semoga makalah ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Selain itu semoga model pembelajaran Number Head Together dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi.




DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni dan Ismail, M. A., 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhuinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Joyce, Bruce. 2009.  Models Of  Teaching,  Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Internet:
Herdian. 2009. Model NHT. http://Herdy07.wordpress.com .(diunduh tanggal 21 Januari 2015 Pukul 20:25 WIB)










 



[1] Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhuinya. Jakarta: Rineka Cipta.h.2
[2] Oemar Hamalik. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.h.28
[3] Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.h.2
[4] Nana Sudjana. Ibid., h.22
[5] Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.h.23-27
[6] Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.h.7
[7] Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.h.28
[8] Isjoni dan Ismail, M. A., 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar,h.15
[9] Trianto. Op.Cit., h.82
[10] Ibrahim, Op.Cit., h. 28
[11] Ibrahim, Op.Cit., h.18
[12]  Herdian. 2009. Model NHT. http://Herdy07.wordpress.com.h.7. (diunduh tanggal 21 Januari 2015 Pukul 20:25 WIB)
[13] Joyce, Bruce. 2009.  Models Of  Teaching,  Yokyakarta: Pustaka Pelajar.h. 309.
[14] Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. h. 249.
[15] Isjoni dan Ismail, Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar,h.36

1 komentar:

  1. makasih y makalahnya... ga perlu capek2 lagi.. hemat uang, tenaga dan fikiran... jadi tinggal belajar aj dech...

    BalasHapus