BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan
kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Pendidikan merupakan media yang sangat
berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas yang berpotensi, melalui pendidikan
akan terjadi proses pendewasaan diri sendiri sehingga didalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab yang besar. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah,beberapa
diantaranya ialah melakukan perubahan kurikulum. Namun kenyataanya masih banyak
belum mencapai hasil yang memuaskan. Untuk pencapaian tujuan tersebut,
diharapkan tiap-tiap sekolah berusaha meningkatkan kualitas sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai.
Untuk meningkatkan
pendidikan tentu saja tidak terlepas dari guru dan proses belajar mengajar
sebagai kegiatan utama disekolah. Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan
salah satu tokoh penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam menerima
pelajaran yang disampaikan. Selama ini kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
hanya terfokus pada guru. Pembelajaran seperti ini menjadikan guru yang dominan
sedangkan siswa vakum, guru aktif sedangkan siswa pasif. Bagi siswa, ini
menjadi ruang gerak yang terbatas, siswa hanya terbiasa mendengar, mencatat
kemudian menghapal tanpa keinginan untuk memahami yang menyababkan siswa kurang
kreatif dalam belajar.
Jika guru mengajar
tanpa melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka siswa cenderung pasif
dan tidak memiliki minat untuk belajar, akibatnya siswa lebih banyak menunggu
sajian yang diberikan guru. Kondisi ini terkadang menjadikan siswa enggan untuk
belajar, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar cepat
selesai. Masalah lain yang timbul adalah, adakalanya banyak siswa mampu
menyajikan tingkatan hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya,
tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya sama sekali.
Faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang kurang bervariasi.
Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, memberi contoh soal dan
memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi
pasif. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal
pelajaran. Hal inilah yang membuat siswa kurang senang belajar, sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal.
Berdasarkan uraian
diatas, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran
siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil
belajar. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Melalui model
pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar
pendapat, saling bekerja sama, saling membantu jika ada yang mengalami
kesulitan, serta berusaha mengkaji dan menguasai materi pelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar. Salah satu pembenahan dalam proses belajar mengajar
yang dapat dilakukan adalah penerapan pembelajaran yang kreatif dan kolaboratif
dalam pembelajaran, sehingga siswa mudah memahami dan menguasai konsep pembelajaran
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan cara
mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas lebih
dalam mengenahi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
1.
Apa yang
dimaksud dengan model pembelajaran Number
Head Together?
2.
Bagaimana unsur-unsur/
langkah-langkah model pembelajarn Number
Head Together?
3.
Apa manfaat dan
tujuan model pembelajaran Number
Head Together?
4.
Apa kelebihan
dan kelemahan dari model pembelajaran Number
Head Together?
C.
Tujuan
1.
Utuk memenuhi
tugas mata kuliah Metode Pembelajaran Inovatif.
2.
Untuk mengetahui
model pembelajaran Number Head
Together.
3.
Untuk mengetahui
Unsur-Unsur/langkah-langkah model pembelajaran Number Head Together.
4.
Untuk mengetahui
manfaat dan tujuan model pembelajaran Number
Head Together.
5.
Untuk mengetahui
kelebihan kelemahan dari model pembelajaran Number Head Together.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar, Hasil Belajar, Dan Model
Pembelajaran Number Head Together(NHT)
1. Pengertian
Belajar
Sebagian besar ahli
berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan, dimana perubahan
tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan perkembangan teknologi
informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari
kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang
mereka.
Menurut Slameto belajar
adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.”[1]
Kemudian Hamalik mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.”[2] Sudjana
mengemukakan bahwa belajar suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan.[3]
Dari beberapa definisi
tentang belajar seperti yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sifatnya relatif permanen. Dengan
demikian, perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu
disertai usaha, sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi
mampu mengerjakannya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut
batasan-batasan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
b. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa
sesuatu yang baru baik yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya
berupa penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
c. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan
keterampilan jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir,
sikap terhadap nilai-nilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan
yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik).
d. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
2. Pengertian Hasil
Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley membagi
tiga macam hasil belajar, yaitu : (a) keterampilan dan kebiasaan; (b)
pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan
dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.[4]
Secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri
manusia.
Faktor
ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor
psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan,
sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan
kebiasaan belajar.
b. Faktor yang bersumber dari luar manusia.
Faktor
ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia
seperti alam, benda, hewan, an lingkungan fisik.
Taksonomi Bloom membagi
hasil belajar atas tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah
kognitif berhubungan dengan berpikir, ranah afektif berhubungan dengan
kemampuan perasaan, sikap dan kepribadian, sedangkan ranah psikomotor
berhubungan dengan persoalan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh
kematangan psikologis.[5]
3. Pengertian Model
Pembelajaran Number Head Together
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[6]
Merujuk pada definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
memberikan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk
didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan terdapat empat hal penting dalam strategi
pemebelajaran kooperatif yang telah ditetapkan yaitu :
-
Adanya peserta
didik dalam kelompok.
-
Adanya aturan
main
-
Adanya upaya
belajar dalam kelompok
-
Tatap muka
-
Evaluasi proses
kelompok
Numbered
Head Together (NHT) merupakan
suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Kagen (1993) untuk melibatkan banyak
siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen
ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih
dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual.
Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas
tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk
oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam
mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Ibrahim mengemukakan
tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :[7]
a. Hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa
dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
c. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan
ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT Menurut Slavin dalam Isjoni adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara
kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini
siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis
kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok,
siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan
pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.Tujuan pembelajaran
kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa
agar memiliki sifat kepemimpinan.[8]
Pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT)
merupakan salah satu teknik pembelajaran kooperatif. Menurut Spenser Kagan
dalam Trianto melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.[9]
B.
Unsur-Unsur/ Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Tipe Numbered Heads Together
a. Sintakmatik
Adapun langkah dalam penerapan
pembelajan Number Head Together yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab, dengan tiga
langkah yaitu :[10]
1. Pembentukan kelompok
2. Diskusi masalah
3. Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah
tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru
mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP),
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT.
2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan
kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang siswa.
Setiap anggota kelompok diberi nomor 1-6 dan diberi nama kelompok yang berbeda.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang
sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan
Dalam pembentukan
kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok,
guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada
dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat
bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan
atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
b. Sistem sosial
Sistem sosial adalah
situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Suatu tata
aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam proses
pembelajaran. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan guru dengan
peserta didik.
Aturan dalam
pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana dalam pembentukan
kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang memiliki nomor 1-8 menjadi
satu kelompok dan begitu seterusnya.
c. Prinsip Reaksi
Prinsip Reaksi adalah
pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan
memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan
respon terhadap mereka.
Dalam pembelajaran
menggunakan model NHT pada mulanya guru sekilas memberikan materi awal,
misalnya tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, guru
memberikan LKS kepada semua kelompok yang sudah ditentukan untuk didiskusikan.
Dalam kegiatan diskusi
guru berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok dalam menyatukan
berbagai pendapat yang ada dari masing-masing anak didalam kelompok tersebut.
Ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompok tersebut.
Guru memancing
pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang spesifik agar perhatian
siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok agar
tetap aktif.
d. Sistem Pendukung
-
Bahan ajar
Bahan ajar yang
digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan dan disampaikan oleh guru yaitu
tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai penunjang dalam
kegiatan belajar mengajar.
-
Media Belajar
Untuk memudahkan siswa
agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Disini guru
menggunakan media visual (gambar) dengan menggunakan PPT yang diproyeksikan
oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodivikasi.
e. Dampak
Instruksional dan Dampak pengiring
Dampak instruksional
adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada
tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainya
yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat terciptanya
suasana belajar yang dialami langung oleh siswa tanpa mengarah langsung dari
pengajar.
C.
Manfaat Model Pembelajaran Number Head Together
Manfaat Model
Pembelajaran NHT dalam Menceritakan Kembali Cerita yang
dipelajarinya. Number Head Together dalam menceritakan kembali cerita
yang dipelajari yaitu merupakan model pembelajaran atau teknik yang berkaitan
dengan kegiatan mengajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada
siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa yang
bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada siswa harus
disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan pemahaman pengetahuan
tentang Number Head Together dapat bermanfaat bagi para siswa.
Menurut Lundgren dalam
Ibrahim, ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa antara lain adalah :[11]
1.
Rasa harga diri
menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki
kehadiran
3.
Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
4.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
5.
Konflik antara
pribadi berkurang
6.
Pemahaman yang
lebih mendalam
7.
Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil belajar
lebih tinggi
D.
Tujuan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Ibrahim dan
Herdian[12]
tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :
1.
Hasil belajar
akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2.
Pengakuan adanya
keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3.
Pengembangan
keterampilan social
Bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud
antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Dengan model NHT
diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam
bentuk rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan sekali
guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa nasionalisme.
E.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Number Head Together
Sharan (1990)
mengatakan bahwa pembelajaran dengan sistem pengelompokan dapat menyebabkan
berpindahnya motivasi dari tataran eksternal pada tataran internal.[13]
Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas,
mereka akan tertarik pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari
kepentingannya sebagai siswa terhadap materi tersebut.
Ø Keuntungannya
1. Dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu
singkat, baik dalam aspek pembelajaran akademik maupun aspek
skill.
2. Memberikan seorang (atau beberapa orang) pendamping
belajar yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial serta
berempati terhadap orang lain.
3. Dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri
sendiri maupun orang lain.
Menurut Sanjaya
keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Number Head Together adalah:[14]
Ø Keuntungan
1. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan.
3. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
4. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
5. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus
kemampuan sosial.
6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
Ø Kelemahan
1. Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila
keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan
tercapai.
2. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara
individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
3. Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu
yang panjang.
Selanjutnya dalam
bukunya Isjoni Jarolimek & Parker mengatakan bahwa:[15]
Ø Keuntungan
1. Saling ketergantungan yang positif.
2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas.
4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat
antar siswa dan guru.
6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Ø Kelemahannya
1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alatdan biaya yang cukup memadai.
3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang,
hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Jadi dapat di tarik
kesimpulan menurut para ahli diatas, sebagai berikut :
Ø Kelebihan
1. Terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Siswa pandai atau siswa kurang sama-sama memperoleh
manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.
3. Siswa termotivasi untuk berpartisipasidalam diskusi
kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya dipanggil.
4. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan ketrampilan bertanya, berdiskusi dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
Ø Kekurangan atau kelemahan
1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga
dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.
2. Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan
masalah.
3. Peneglompokan siswa memerlukan waktu khusus dan
pengaturan tempat duduk yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan tentu saja tidak terlepas
dari guru dan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama disekolah.
Penggunaan model pembelajaran dan pendekatan faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, dalam hal ini guru merupakan salah satu tokoh penting dalam
menentukan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. maka
perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guru meningkatkan hasil belajar. Salah
satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together.
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head
Together
(NHT) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.
(NHT) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dan mempersiapkan siswa agar memiliki sifat kepemimpinan.
B.
SARAN
Dari kesimpulan diatas
dapat disarankan :
1.
Guru harus
kreatif memilih materi pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number
head together, karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan meodel
pembelajaran Number Head Together.
2.
Semoga makalah
ini memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Selain itu semoga model
pembelajaran Number Head Together dapat
memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi dan memberikan
kemudahan bagi siswa dalam memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar.
1983. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ibrahim, dkk.
2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Isjoni dan Ismail, M.
A., 2008. Model-model Pembelajaran
Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhuinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana.
2001. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan
Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sanjaya, Wina.
2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching, Yokyakarta:
Pustaka Pelajar.
Internet:
Herdian. 2009. Model NHT. http://Herdy07.wordpress.com .(diunduh
tanggal 21 Januari 2015 Pukul 20:25 WIB)
[1]
Slameto.
1991. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhuinya. Jakarta: Rineka Cipta.h.2
[2]
Oemar
Hamalik. 1983. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.h.28
[3]
Nana
Sudjana. 2001. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.h.2
[4]
Nana
Sudjana. Ibid., h.22
[5]
Hasan.
1991. Evaluasi Hasil Belajar.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.h.23-27
[6]
Trianto.
2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritik Praktis dan
Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.h.7
[7]
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.h.28
[8]
Isjoni
dan Ismail, M. A., 2008. Model-model
Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar,h.15
[9]
Trianto.
Op.Cit., h.82
[10]
Ibrahim,
Op.Cit., h. 28
[11]
Ibrahim,
Op.Cit., h.18
[12]
Herdian. 2009. Model NHT. http://Herdy07.wordpress.com.h.7. (diunduh tanggal 21
Januari 2015 Pukul 20:25 WIB)
[13]
Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching, Yokyakarta:
Pustaka Pelajar.h. 309.
[14]
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. h. 249.
[15]
Isjoni
dan Ismail, Model-model Pembelajaran
Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Belajar,h.36
makasih y makalahnya... ga perlu capek2 lagi.. hemat uang, tenaga dan fikiran... jadi tinggal belajar aj dech...
BalasHapus