Minggu, 19 April 2015

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL - KONSEP KESEHATAN MENTAL

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL - KONSEP KESEHATAN MENTAL



BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang sama. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha ini kemudian menimbulkan satu cabang ilmu jiwa yaitu kesehatan mental. 
Dengan memahami ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mau, dan mampu mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan mengalami bermacam-macam ketegangan, ketakutan, konflik batin. Selain itu, ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi seimbang dan kepribadiannya pun terintegrasi dengan baik. Ia juga akan mampu memecahkan segala permasalahan hidup.[1]
Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama lainnya dan saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara terpisah maka hanya sekadar untuk memudahkan penganalisaannya. Karena sangat sulit untuk membanyangkan seseorang yang matang dari segi sosial dan tidak matang dari segi kejiwaan.
Orang yang matang bukanlah orang yang telah sampai kepada ukuran tertentu dari perkembangan, kemudian berhenti sampai disitu. Akan tetapi ia adalah orang yang selalu dalam keadaan matang. Artinya orang yang selalu bertambah kuat dan subur hubungannya dengan kehidupan. Karena sikapnya mendorongnya untuk tumbuh, bukan berhenti dari pertumbuhan. Oleh karena itu seorang yang matang, bukanlah orang yang mengetahui sejumlah besar fakta akan tetapi orang yang matang adalah orang yang kebiasaan-kebiasaan mentalnya membantunya untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengunakannya dengan bijaksana.[2]
Berkenaan dengan hal diatas, maka pada makalah ini penulis akan membahas mengenai konsep dasar kesehatan mental dengan sub-sub bahasan yang akan dikaji: Pengertian kesehatan mental, Bentuk-bentuk kesehatan mental, dan upaya-upaya peningkatan kesehatan mental.
Dengan adanya makalah ini, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam memahami dan mendalami mengenai konsep dasar kesehatan mental.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kesehatan Mental
Pengertian kesehatan mental secara etimologi berasal dari kata kesehatan dan mental. Kesehatan berarti keadaan (hal) sehat.[3] Sedangkanmental berarti batin, rohani, berkenaan dengan jiwa ; di lain pengertiansesungguhnya menyangkut masalah-masalah ingatan, pikiran ataupunakal.[4] Jadi kesehatan mental adalah keadaan sehat yang bekenaan denganjiwa atau keadaan sehat yang berkenaan atau menyangkut masalahmasalahingatan, pikiran atau akal. Dan dalam bidang psikologi orang memberikan istilah tentang pengertian kesehatan mental yaitu dengansebutan mental hygiene.
Sedangkan pengertian kesehatan mental secara terminology terdapat banyak pengertian. Seorang tokoh psikologi, Dr. Zakiah Daradjat mengemukakan pendapatnya tentang kesehatan mental. Menurutnya kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguanjiwa (neorose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psycose) Kemudian ia menambahkan lagi bahwa kesehatan mental adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu penyesuaian diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa, adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga, serta dapat menggunakan potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin.[5]
Sedangkan Zakiah Daradjat, merumuskan definisi berikut: “kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat”, Dengan rumusan lain, kesehatan mental ialah suatu ilmu yang berpautan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, yang mencakup semua bidang hubungan manusia, baik hubungan dengan diri sendiri, maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam dan lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan”.[6] Dengan memasukkan aspek agama, seperti keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kesehatan mental, pengertiannya menjadi terasa luas karena sudah mencapai seluruh aspek kehidupan manusia. Agama merupakan salah satu kebutuhan psikis manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagiaan.[7]
 Dari uraian di atas dapat difahami bahwa kesehatan mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis. Seseorang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya juga sehat. Karena kondisi fisik dan psikisnya terjaga dengan selaras, orang bermental sehat tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi, tidak bisa menyesuaikan diri atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki kesehatan mental prima juga memiliki kecerdasan seimbang baik secara intelektual, emosional, maupun spiritualnya untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Berdasarkan berbagai pengertian yang disampaikan para pakar tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental, terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

B.     Bentuk-Bentuk Kesehatan Mental
1.      Klasik => orientasi yang dapat di lihat oleh mata
2.      Penyesuaian diri => mampu mengembangkan diri dengan lingkungan
Hygiea adalah dewi kesehatan yang bersal dari yunani dan heygiea berarti ilmu kesehatan, sedangkan mental berasal dari kata latin mens, atau mentis, artinya jiwa, roh, sukma, semangat, mental heygie disebut pula dengan heygie psyche, artinya nafas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, dan semagangat. [8]
Hanna Djumhana Bastaman, yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir menyebut empat pola yang ada dalam kesehatan mental, yaitu pola simtomatis, pola penyesuaian diri, pola pengembangan potensi, pola agama.
-          Pertama, pola simtomatis adalah pola yang berkaitan dengan gejala (symptoms) dan keluhan (complaints), gangguan atau penyakit nafsaniah. Kesehatan mental berarti terhindarnya seseorang dari segala gejala, keluhan dan gangguan mental, baik berupa neurosis maupun psikosis. 
-          Kedua, pola penyesuaian diri adalah pola yang berkaitan dengan keaktifan seseorang dalam memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri. Atau memenuhi kebutuhan pribadi tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Kesehatan mental berarti kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap lingkungan sosialnya.
-          Ketiga, pola pengembangan diri adalah pola yang berkaitan dengan kualitas khas insani (human qualities) seperti kreatifitas, produktifitas, kecerdasan, tanggung jawab, dan sebagainya. Kesehatan mental berarti kemampuan individu untuk memfungsikan potensi-potensi manusiawinya secara maksimal, sehingga ia memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. 
-          Keempat, pola agama adalah pola yang berkaitan dengan ajaran agama. Kesehatan mental adalah kemampuan individu untuk melaksanakan ajaran agama secara benar dan baik dengan landasan keimanan dan ketakwaan.

C.    Upaya-Upaya Peningkatan Kesehatan Mental
Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah:
1.      Upaya Pemeliharaan Kesehatan Kuratif : tindakan pengobatan Rehabilitatif : upaya pemeliharaan atau pemulihan kesehatan agar penyakitnya tidak semakin terpuruk dengan mengkonsumsi makanan yang menunjang utnuk kesembuahan penyakitnya.
2.      Upaya Peningkatan Kesehatan Preventif : upaya pencegahan terhadap suatu penyakit Promotif : upaya peningkatan kesehatan Sarana Kesehatan yang Mendukung Upaya Kesehatan berdasarkan UU RI No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Puskesmas Dokter praktek Toko obat Praktek bidan Rumah sakit khusus, Rumah sakit Apotek Pedagang besar farmasi Laboratorium Sekolah dan akademi kesehatan Balai pelatihan kesehatan Sarana kesehatan lainnya


Upaya-Upaya Peningkatan Kesehatan Mental dalam Islam
Dalam literatur yang berkembang ada beberapa cara untuk memelihara kesehatan mental dalam Islam salah satunya adalah pola atau metode Iman, Islam Dan Ihsan yang didalamnya terdapat berbagai macam karakter berdasarkan konsep Iman Islam Dan Ihsan[9].
1.      Iman
Didalam metode iman terdapat beberapa macam pola karakter.
-          Pertama, karakter rabbani yang berasal dari kata rabb  yang dalam bahasa Indonesia berarti tuhan, yaitu tuhan yang memiliki, memperbaiki, mengatur. Istilah rabbani dalam konteks ini memiliki ekuivalensi dengan mentransformasikan asma dan sifat tuhan kedalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dengan kehidupan nyata.
-          Kedua, karakter malaki adalah kepribadian individu yang didapat setelah mentransformasikan sifat-sifat malaikat kedalam dirinya untuk kemudian di internalisasikan kedalam kehidupan nyata.
-          Ketiga, karakter Qurani yang pada intinya kepribadian qurani adalah kepribadian yang melaksanakan sepenuh hati nilai-nilai al-Qur`an baik pada dimensi I`tiqadiyah, Khulukqiyah, amaliyah, ibadah, muamalah, daruriyyah, hajiyyah, ataupun tahsiniyah,
-          Keempat, karakter rasuli yang. mengarah pada sifat-sifat khas seorang rasul sebagai manusi pilihan (Al-Musthafa) berupa sifat Jujur, Terpercaya, Menyampaikan perintah dan cerdas.
-          Kelima, Karakter yawm akhiri adalah kepribadian individu yang didapat sesudah mengimani, mamhami dan mempersiapkan diri untuk memasuki hari akhir dimana seluruh perilaku manusia dimintai pertanggungjawaban. Kepribadian ini menuju kepada salah satu konsekwensi perilaku manusia, dimana yang amalnya baik akan mendapatkan kenikmatan syurga sementara bagi yang amalnya buruk akan mendapatkan kesengsaraan neraka.
-          Keenam, karakter taqdiri,  Pola-pola tingkah laku taqdiri antara lain; pertama, bertingkah laku berdasarkan aturan dan hukum tuhan, sehingga tidak semena-mena memperturutkan hawa nafsu. Kedua, membangun jiwa optimis dalam mencapai sesuatu tujuan hidup. Tidak sombong ketika mendapatkan kesuksesan hidup. Tidak pesimis, stress atau depresi ketika mendapatkan kegagalan.
2.      Islam
Didalam metode Islam terdapat beberapa macam pola karakter.
-          Pertama, kepribadian syahadatain adalah kepribadian individu yang didapat setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, memahami hakikat dari ucapannya serta menyadari akan segala konsekwensi persaksiannya tersebut. Kepribadian syahadatain meliputi domanin kognitif dengan pengucapan dua kalimat secara verbal; domain afektif dengan kesadaran hati yang tulus; dan domain psikomotorik dengan melakukan segala perbuatan sebagai konsekwensi dari persaksiannya itu.
-          Kedua, karakter mushalli adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan shalat dengan baik, konsisten, tertib, dan khusyu, sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan.
-          Ketiga, karakter shaim adalah kepribadian individu yang didapat setelah melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan, sehingga ia dapat mengendalikan diri dengan baik. Pengertian ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mampu menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa memiliki kepribadian lebih kokoh, tahan uji, dan stabil ketimbang orang yang tidak mengerjakannya, sebab ia mendapatkan hikmah dari perbuatannya.
-          Keempat, karakter muzakki adalah pribadi yang suci, fitrah dan tanpa dosa. Ia memilki kepribadian yang seimbang, mampu menyelaraskan antara aktifitas yang berdimensi vertikal dan horizontal. Ia adalah sosok yang empatik terhadap penderitaan pribadi lain.
-          Kelima, karakter haji adalah orang yang telah melakukan ibadah haji yang secara etimologi berarti menyengaja pada sesuatu yang diagungkan. Orang yang melaksanakan haji hatinya selalu tertuju pada yang maha tinggi. Orang yang berhaji memiliki beberapa kepribadian antara lain : kepribadian muhrim, kepribadian thawif, kepribadian waqif, kepribadian sa`i, kepribadian mutahalli dan lain sebagainya.
3.      Ihsan
Kata ihsan berasal dari kata hasuna yang berarti baik atau bagus. Seluruh perilaku yang mendatangkan manfaat dan menghindarkan kemudharatan merupakan perilaku yang ihsan. Namun karena ukuran ihsan bagi manusia sangat relative dan temporal, maka criteria ihsan yang sesungguhnya berasal dari Allah swt. Karena itu hadits Nabi Muhammad saw menyebutkan bahwa ihsan bermuara pada peribadatan  dan muwajahah, dimana ketika sang hamba mengabdikan diri pada-Nya seakan-akan bertatap muka dan hidup bersama (ma`iyyah) dengan-Nya, sehingga seluruh perilakunya menjadi baik dan bagus. Sang budak tidak akan berbuat buruk dihadapan majikannya, apalagi sang hamba dihadapan tuhannya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian muhsin adalah kepribadian yang dapat memperbaiki dan mempercantik individu. Baik berhubungan dengan diri sendiri, sesamanya, alam semesta dan tuhan yang diniatkan hanya untuk mencari ridha-Nya.[10]

D.    Tindak Lanjut Pada Penelitian dan Pelatihan
Sebagai tindak lanjut dari makalah ini, maka akan lebih baik jika dilakukan penelitian secara langsung mengenai kesehatan mental, kemudian pelatihan-pelatihan mengenai kesehtan mental ini pun perlu dilakukan, terutama bagi guru-guru atau pun yang akan menjadi guru nantinya, agar lebih mengetahui mengenai konsep dasar kesehatan mental.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·         Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan atau penyakit mental, terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antar fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya, adanya kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
·         Bentuk/ pola Kesehatan mental : yaitu pola simtomatis, pola penyesuaian diri, pola pengembangan potensi, pola agama.
·         Upaya-Uapaya Peningkatan Kesehatan Mental bisa dilakukan dengan cara:
-          Upaya Pemeliharaan Kesehatan Kuratif
-          Upaya Peningkatan Kesehatan Preventif
-          Upaya dalam Islam salah satunya adalah pola atau metode Iman Islam Dan Ihsan.

DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1983. Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Daradjat, Zakiah.1984. Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: IAIN
Jaelani, AF, 2001. Penyucian Jiwa & Kesehatan Mental, Jakarta: Penerbit Amzah
Mujib, Abdul dan Jusuf Muzakkir; 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam; Raja Grafindo Perkasa; Jakarta.
Mujib, Abdul. 2006.  Kepribadian Dalam Psikologi Islam; PT Raja Grafindo Perkasa; Jakarta.
Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta.
Sudarsono, 1993. Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Samancer. 2010. Kesehatan Mental. Diakses melalui : http://samancer.blogspot.com/2010/06/kesehatan-mental-i.html pada tanggal 6 Desember 2014 Pukul 20:00 WIB.




[1] Yusak Burhanuddin; Kesehatan Mental; Penerbit Pustaka Setia; Bandung; 1999; Hal.12.
[2] Musthafa Fahmi; Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya Dalam Kesehatan Mental; Bulan Bintang; Jakarta ; 1982; Hal. 96.
[3] Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm.887
[4] Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 152-153
[5] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1983, hlm. 11
[6] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran. IAIN, Jakarta, 1984, hal.4
[7]  Jaelani. Penyucian Jiwa & Kesehatan Mental, Penerbit Amzah, Jakarta: 2001,hal.77
[8] Samancer. 2010. Kesehatan Mental. Diakses melalui : http://samancer.blogspot.com/2010/06/kesehatan-mental-i.html pada tanggal 6 Desember 2014 Pukul 20:00 WIB.
[9] Abdul Mujib, Jusuf Muzakkir; Nuansa-nuansa Psikologi Islam; Raja Grafindo Perkasa; Jakarta; 2002; Hal. 149.
[10] Abdul Mujib; Kepribadian Dalam Psikologi Islam; PT Raja Grafindo Perkasa; Jakarta; 2006; Hal. 305.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar